“Hey, Lina, ayo cepat naik!“ perintah Donni sembari menghidupkan sepeda motornya.
               “Aku sama kamu?“
               “Iya, cepat. Pak Brahman, Shanti dan Heru sudah pergi duluan.“ ujar Donni.
               “Oh, jadi Shanti dan Heru ikut melayat juga?“
               “Iya, ayo buruan. Kita sudah telat.“
Lina berjalan santai menuju sepeda motor Donni. Ia duduk menyerong sambil bersandar sedikit pada punggung Donni. Ia merasa senang bisa sedekat ini dengan Donni, cowok idamannya. Melihat Lina yang sudah siap, Donni langsung melajukan gas meninggalkan komplek sekolah.
Hembusan angin begitu keras menerpa wajah Donni yang tertutup helm. Lina agak degdegan, melihat Donni begitu kencangnya mengendarai sepeda motor. Ia coba mengingatkannya dari belakang.
               “Hey, tak bisakah kau pelan-pelan?“
               “Apa?“ tanya Donni sambil membuka kaca helmnya.
               “Pelan-pelan membawa motornya,“ ujarnya sekali lagi.
               “Ini sudah pelan. Lagipula kita sudah ketinggalan.“ sahut Donni sambil tetap berkonsentrasi dengan kemudinya.