Sebuah suara membuyarkan konsentrasi mereka. Ia melihat Sonny sudah berada di depannya.
               “Ada apa, Son?“ tanya Lina santai sambil menjejalkan mie ke dalam mulutnya.
               “Kamu bukannya pergi ke rapat OSIS, malah asyik makan.“ tukas Sonny agak kesal.
               “Memangnya ada apa sih? Kelihatnya serius banget,“
               “Kamu gak dengar kabar... Indra dan ayahnya meninggal dunia...“
               “Apa?! Meninggal?!“ sontak Lina.
Berita dukacita itu hampir saja membuat Shanti dan Fanny tersedak. Untung saja, makanan itu langsung cepat tersalur ke dalam perut mereka. Lina bergegas menuju tempat rapat OSIS karena dirinya adalah seksi OSIS bidang sosial. Dirinya juga harus menginstruksikan setiap ketua kelas untuk mengumpulkan sumbangan begitu mengetahui ada orang tua atau siswa yang meninggal dunia.
Lina bergerak meninggalkan kantin. Ia hampir lupa membayar uang mienya . Ia berbalik badan, menemui Fanny dan Shanti yang hendak membayar juga.
               “Hey Fan, ini punyaku ya. Sekalian menitip.“
               Lina berpaling lagi menuju Sonny yang masih menunggunya. Ia menghampiri Sonny, memintanya menunjukkan ruang rapat OSIS.
Hari ini, para ketua kelas sudah menyetorkan uang hasil sumbangan mereka kepada seksi sosial untuk diberikan kepada keluraga Indra. Mereka menghitung uang hasil sumbangan dan terkumpul sebanyak Rp 1.000.000,00. Ditambah lagi, dari uang OSIS sebanyak Rp 500.000,00. Jadi semuanya berjumlah Rp 1.500.000,00. Jumlah yang cukup banyak untuk sebuah sumbangan sukarela.