Mohon tunggu...
Aris Balu
Aris Balu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis seputar fiksi dan fantasi || Bajawa, Nusa Tenggara Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Reog

2 Agustus 2022   21:42 Diperbarui: 4 Agustus 2022   20:30 2039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Seniman menampilkan tari Reog Ponorogo. (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF via kompas.com)

"Baiklah," si pria mengangkat bahu, jemarinya menyimpul diatas meja, "Aku percaya kau membawa pesananku."

"Tunjukkan dulu uangnya." Jawab Riris.

Ia merogoh kedalam jas mengeluarkan papan fiber berwarna hitam seukuran telapak tangan. Pada sudutnya terdapat cap dari bank Wargayudha. Saat jemari si pria menyentuhnya, muncul angka digital berjumlah sepuluh juta Than, mata uang kerajaan mereka.

"Sesuai perjanjian, sekarang tunjukkan padaku benda itu." Ujarnya.

Riris melepaskan ransel dari punggungnya lalu melemparnya keatas meja. Ia menghadapkan benda itu pada sang klien lalu membukanya.

Wajah pria itu kaku, giginya bergemeretak melihat isi dari ransel.

"Ada yang salah?" Tanya Riris setengah ketakutan. Benda ini yang mereka cari bukan? Kenapa wajahnya mengeras penuh amarah seperti itu?

"Bukan masalah yang besar, tapi sepertinya kau berhutang sesuatu padaku."

"Apa maksudmu?" Tanya Riris kebingungan.

Si pria mengangkat gelas lalu meneguk minuman hitam pekat didalamnya.

"Kau berhutang cerita. Aku ingin mendengar cerita kalian di kuil itu." Ujar si pria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun