biasa!
aku ludahi kata itu
aku koyak kulitnya
tulangnya bergetar
darahnya menyala
biasa—biasa—biasa!
di lidah pasar
di lumpur sawah
di dengus sopir
di dengung ibu-ibu arisan
kau kira hanya desah
padahal:
dunia berdiri di sana!
luar biasa! luar biasa!
api di garam
langit di akar
laut di pasir
tak kau lihat, tak kau hitung
tapi kaurasakan—
tanpanya kau mati haus
tanpanya kau mati lapar
biasa!
aku ulang, aku ulang, aku ulang
sampai kata itu hancur
jadi debu, jadi cahaya
jadi mantra yang menyalakan bumi
biasa! luar biasa!
biasa! luar biasa!
biasa! luar biasa!
akulah pasar yang kau sebut riuh
akulah ladang yang kau sebut sepi
akulah angka yang kau sebut nol
akulah tiang yang menahan langit
biasa—
bukan biasa!
biasa—
adalah luar biasa!
adalah luar biasa!
adalah luar biasa!
“untuk Tardji—mantra tak henti”
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI