Mohon tunggu...
Ari J. Palawi
Ari J. Palawi Mohon Tunggu... Pengrajin Tulisan, Petani Seni, dan Akademisi

The Sonic Bridge Between Tradition and Innovation

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Biasa, Luar Biasa (Puisi Mantra)

21 September 2025   00:13 Diperbarui: 21 September 2025   00:23 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

biasa!
aku ludahi kata itu
aku koyak kulitnya
tulangnya bergetar
darahnya menyala

biasa—biasa—biasa!
di lidah pasar
di lumpur sawah
di dengus sopir
di dengung ibu-ibu arisan
kau kira hanya desah
padahal:
dunia berdiri di sana!

luar biasa! luar biasa!
api di garam
langit di akar
laut di pasir
tak kau lihat, tak kau hitung
tapi kaurasakan—
tanpanya kau mati haus
tanpanya kau mati lapar

biasa!
aku ulang, aku ulang, aku ulang
sampai kata itu hancur
jadi debu, jadi cahaya
jadi mantra yang menyalakan bumi

biasa! luar biasa!
biasa! luar biasa!
biasa! luar biasa!

akulah pasar yang kau sebut riuh
akulah ladang yang kau sebut sepi
akulah angka yang kau sebut nol
akulah tiang yang menahan langit

biasa—
bukan biasa!
biasa—
adalah luar biasa!
adalah luar biasa!
adalah luar biasa!

“untuk Tardji—mantra tak henti”

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun