Di tanah Pase, gas kembali berbisik,
seperti doa lama yang tak pernah padam.
Dulu Arun berdiri megah,
namun rakyat banyak yang hanya menonton dari jauh.
Kini Andaman mengetuk pintu,
membawa janji, membawa tanya.
Apakah kita siap menyambutnya
dengan tangan yang bersih, hati yang jernih?
Wahai Aceh, negeri syariat,
ingatlah: sumber daya bukan milik pribadi,
ia adalah amanah dari Allah,
titipan untuk anak cucu di masa depan.
Bangkitlah pemuda,
belajarlah ilmu migas, pelajari teknologi.
Jangan biarkan peluang jadi angin lewat,
jadilah tuan di tanah sendiri.
Bangkitlah ulama,
dengan kalam dan hikmah menuntun arah.
Negosiasi bukan sekadar angka,
tapi seni musyawarah dan peumulia jamee.
Bangkitlah masyarakat,
peta sosial ada di tanganmu.
Jaga gampong, kuatkan dayah, hidupkan budaya,
agar pembangunan tak merampas jati diri.
Dan jangan lupa bumi,
air dan hutan yang setia memberi.
Tanamlah kembali, rawatlah sungai,
sebab rezeki tak akan berkah bila alam merintih.
Wahai Aceh,
persimpangan ini bukan sekadar pilihan ekonomi,
ini jalan antara tamak dan martabat.
Pilihlah jalan keberkahan,
agar gas yang lahir dari perut bumi,
menjadi cahaya bagi hidup kita semua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI