Lahan terbatas dan keuntungan yang sedikit membuat petani enggan menanam kedelai, sehingga benih yang diandalkan pun merupakan benih transgenik, jenis benih yang sangat gampang terserang hama. Namun demikian, sikap masyarakat yang menentang teknologi penelitian kedelai sehingga produktivitasnya tidak dapat diteliti dengan baik, juga patut disayangkan.
Lebih lanjut Said Didu menyarankan agar pemerintah mengerucutkan kuota impor dan memperbesar tarifnya untuk kedelai.
Menko Perekonomian : Hatta Radjasa
Menko Perekonomian Minta Stok Kedelai Disalurkan
Naiknya harga kedelai saat mata uang dollar menguat terhadap rupiah beberapa waktu lalu, sempat membuat resah para pengrajin dan pedagang bahan pangan olahan dari komoditas tersebut. Sejumlah pabrik tempe mengalami penurunan pendapatan. Sebut saja pabrik tempe yang berada dikawasan Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Pemiliknya, Riska mengeluhkan tingginya harga, karena ia tidak berani menaikkan harga jual karena khawatir produk tempenya tidak laku di pasaran. “Akibatnya saya hanya memotong ketebalan dari tempe yang saya produksi akibat melonjaknya harga kedelai hampir Rp 980.000 dari Rp 780.000. Kami takut jika harga dinaikkan, maka konsumen menjadi beralih ke pangan yang lebih murah,” ungkapnya kepada Bisnis Global.
Sembari menunjukkan stok kedelai di pabrik miliknya, Riska yang sudah 20 tahun menjadi produsen tempe mengaku memproduksi kedelai hingga 50 kilo per hari. “Sejak naik hanya 30 hingga 40 kilo saja, karena tempe yang didistribusikan di warung sering tidak habis, mungkin karena ukuran tempe menjadi lebih kecil dengan harga yang sama,” tutupnya sambil mengadik kedelai di wadah.
Terkait melambungnya harga kedelai, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, pemerintah akan terus mengupayakan ketersediaan kacang kedelai di pasaran. Upaya itu dilakukan untuk menghindari terjadinya kelangkaan pasokan kedelai yang akan berdampak pada meningkatnya harga salah satu pangan favorit rakyat Indonesia itu di pasaran.
Hatta juga meminta semua pihak terkait untuk segera menambah suplai dan menyalurkan stok kepada pengrajin tahu dan tempe. Hal ini seiring terjadinya aksi mogok sejumlah pengrajin tempe dan tahu akibat tingginya harga kedelai yang menyentuh harga Rp10.000 per kg. "Stok yang ada disalurkan segera untuk pengrajin tahu dan tempe," ujarnya. Ia pun menegaskan pemerintah telah menambah suplai kedelai dan membuka keran impor untuk menurunkan harga kedelai di pasaran yang melonjak. “Kami juga sudah membicarakan harga yang bisa diserap oleh para pengrajin tahu dan tempe,” jelasnya.
Meskipun Pemerintah terus melakukan langkah taktis dan praktis menghadapi kedelai impor, para perajin tahun dan tempe justru melakukan aksi mogok di sejumlah daerah. “Kita sudah melakukan pertemuan dengan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan untuk membahas aksi pengrajin tahu-tempe. Mendag menjelaskan kepada saya ada respon untuk dana yang masuk ke koperasi-koperasi dan pengrajin tahu dan tempe," tuturnya.
Sementara itu, Mendag Gita Wirjawan mengunjungi sentra perajin tahu dan tempe yang tergabung dalam Primer Koperasi Produksi Tahu-Tempe Indonesia (Prim Kopti) di Kelurahan Semanan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. Dalam kunjungannya tersebut, sekitar 300-an perajin tahu tempe Kopti meminta kepada Pemerintah agar harga kedelai diturunkan. Merespons tuntutan itu, Gita mengatakan telah melibatkan Bulog untuk menstabilkan harga kedelai.