Mohon tunggu...
Arief Budimanw
Arief Budimanw Mohon Tunggu... Konsultan - surveyor

rumah di jakarta..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tukang Parkir Penghancur UMKM

18 Maret 2024   00:50 Diperbarui: 18 Maret 2024   00:56 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Preman dan pengemis sekarang banyak wujudnya 

Tukang parkir, manusia silver, peminat minta, pengamen, dan banyak lagi

Dari semuanya ada satu yang sangat merugikan orang 

Tukang parkir 

Kerjaan utama mereka menunggu kendaraan bermotor yang parkir 

Mobil

Motor

Truk

Bus

Yang berhenti di jalan raya atau halaman toko 

Hanya bermodal pluit kecil dan seragam 

Mereka merasa punya hak menagih uang  sewa tanah

Tanah yang bukan milik mereka 

Dan jika menolak, siap siap untuk dicaci

Atau kaca spion rusak atau lebih daripada itu

Dan kita sebagai pengemudi terpaksa memberi uang

Dua ribu untuk sepeda motor 

Lima ribu untuk mobil 

Sembari tersenyum kecut dan bergumam 

Sedekah berkah

Dan kemudian pergi

Keesokan harinya mulai putar otak 

dan berfikir untuk tidak lagi belanja di warung itu

Dan mulai cari tempat lain yang parkir nya gratis 

Dua ribu itu kecil tetapi tidak sebanding ketika hanya beli decolgin seharga tiga ribu rupiah

Hanya untuk beli bakwan sepuluh ribu rupiah

Hanya mencari barang dan tidak mendapatkan apa yang dicari 

Orang miskin menghidupi orang miskin

Orang kaya tidak peduli

Pemerintah terima kasih 

Pedagang,  pemilik warung dan pebisnis kecil

Melamun meratapi jualannya yang ditunggu juru parkir

Yang muncul dari sana sini

Kurus gemuk besar kecil

Percaya diri dalam menagih duit

Dan membuat pembeli undur diri

Polisi, petugas kelurahan, pak rt, pak rw, tni

Adalah yang bisa bantu

Pak gubernur, bupati, walikota, camat, lurah

Adakah yang berani

Dulu hanya ahok yang berani

Sekarang semuanya cuma.. 

Ah sudahlah. 

Jadi biaya parkir di jalanan itu anggap saja sedekah gitu? 

Terserah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun