Waktu sudah jam setengah delapan malam, kami belum juga dapat tumpangan untuk pulang.  Kedua teman ku mulai gelisah, bahkan salah satu nya  mulai merengek dan menangis serta menyesali ikut dengan kami.Â
Aku mencoba menghibur mereka, dengan berbagai  cara.  Syukurlah, ada pick up kecil sedang memuat ikan yang  akan dibawa ke ponty.  Kami mencoba mencari sopir nya, dan meyampaikan niat kami untuk ikut menumpang pulang ke ponty.  ( klik link ini )
Sopir nya merasa kasihan dengan kami, hanya saja sisa ruang yang ada diantara keranjang muatan nya, hanya cukup  untuk dua orang.  Kami bertiga memutuskan  untuk tetap ikut, dan duduk dengan cara menekuk kaki.  Sekitar jam Sembilan malam, pick up  berangkat, dan jam dua belas malam, kami diturunkan di pos tempat pembayaran jembatan  tol Kapuas.  Setelah mengucapkan terima kasih, kami ber lompatan dari pick up, dengan badan bau amis, sebab duduk bersama keranjang dengan penuh ikan basah. ( lihat juga )
 Aku berjalan dengan ter pincang-pincang, kaki ku kram, karena terlipat dan di tekuk  selama tiga jam, menempuh  perjalanan sejauh delapan puluh kilometer. Sungguh indah pengalaman petualangan masa kecil itu. ( baca lain nya )
Lamunan ku buyar, ketika  tangan sahabat ku, menggamit lengan ku. "Ayo, kita turun disini," kata nya.  Rupa nya kami sudah sampai di terminal besar kota Sumbawa.  Dari sini kami akan melanjutkan naik angkot kecil, kerumah nya, di daerah Lape  lopok, Desa Dete nama nya,  sekitar tiga puluh kilometer dari kota Sumbawa Besar .
Sahabat ku itu terlihat gembira sekali. Dan aku tersenyum membalas kegembiraan hati nya. Kami tiba dirumah nya, sekitar pukul empat sore dan disambut dengan hangat oleh keluarga nya. #Bersambung Episode :27 ( baca disini ) ( baca dari awal )