Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jejak Para Brahmana (2): Tiba di "Padhepokan Tuhan"

23 Juni 2015   13:16 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:39 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Iya…makin ke sini, semua hal menjadi tidak lagi utama kecuali kesucian. Saya sendiri tidak mengerti Sister. Pelan-pelan saja doa saya berubah menjadi…: ’Tuhan, jadikan saya perempuan suci, suci pikirannya, suci hatinya, suci kata-katanya dan suci tingkah lakunya…’. Itu terus Sister. Buku-buku motivasi yang saya baca banyak bercerita tentang bagusnya meditasi. Maka saya tertarik ingin tahu. Namun dari berbagai sumber, padhepokan ini seperti magnet buat saya. Satu pelajaran yang dikirim  Sister 'Je' lewat e-mail, sangat memikat. Sister kenal beliau? Kabarnya, beliau tinggal di London…”

“Iya…beliau senior kami”

 “Sungguh Sister! Pengertian meditasi yang dipaparkan beliau membuka mata saya. Katanya, ‘Meditasi sejatinya berasal dari akar kata Latin, ‘medery’, yang artinya ‘healing’.  Saya baru ngeh kalau ternyata meditasi bermakna sedalam itu. Healing…saya suka kata itu! Penyembuhan! Penyehatan… dan yang disembuhkan dan disehatkan adalah jiwa… ehm.. Sister kenal juga dengan Sister Vinie?”

“Ya..beliau sedang di India sekarang..”

Pelajaran-pelajaran yang disampaikan luar biasa. Dari Sister Vinie-lah saya belajar tentang bagaimana mengelola ketidakbahagiaan. Akhirnya, saya jadi mengerti bahwa kebahagiaan harus ada bersama saya. Apapun kegiatan dan situasi yang saya hadapi, saya harus bahagia.  Kalau saya percaya kepada Tuhan, kalau saya  betul-betul yakin dan percaya bahwa Tuhan selalu ada untuk saya, membimbing saya, melindungi saya dalam keadaan apapun, maka tidak ada alasan saya untuk tidak bahagia. Kalau sudah bersama dengan Tuhan tapi kok saya masih sedih...masih takut dengan masa depan, ini pasti ada yang keliru di dalam saya..”, mendadak saya sadar lagi kalau sudah terlalu panjang cerita.

Sister yang tadi membukakan pagar, datang dengan membawa hidangan dengan baki. Diletakkannya sebuah kue dan segelas air putih di atas meja dan mempersilakanku untuk menikmati.

“Perkenalkan, ini Sister Aminah…”, kata Sister Sukriya.

Aku pun berdiri menyambutnya. Kami sama-sama tersenyum. Sejenak kemudian Sister Aminah, masuk kembali.

“Boleh saya minum, Sister?”

“Oiya.. kuenya juga silakan Sis…”

“Ini kue apa, Sister..?” tanyaku (sambil mencicipi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun