Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Ceroboh dan Si Kutu Buku (di Sekolah)

20 Juni 2019   16:36 Diperbarui: 13 Oktober 2021   15:52 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tumben nunggu di sini, biasanya kan di halaman depan dekat gerbang sekolah" kaget melihat adiknya sudah berdiri di depan kelasnya. Ratri hanya tersenyum kecil. "Buat mas Dodi" Ratri memberikan sebatang coklat yang dibelinya di kantin saat istirahat ke dua tadi. 

"Apa, mau minta jangan dibilangin ayah lagi, kamu menubruk bu Sari 2 kali? " Dodi hanya menatap sebatang coklat di depannya tanpa menerimanya. 

"Ih, mas Dodi negatif thinking deh sama aku. Ini ucapan terimakasihku karena mas Dodi kan udah selamatin aku sampe dua kali hari ini" Ratri menyelipkan coklat ke saku kemeja seragam Dodi. 

"Makasih" kata Dodi pelan. Lalu mereka berjalan pulang bersama. Saat di depan jalan raya mqu menyeberang, Ratri langsung menggandeng tangan kakaknya. Dodi diam saja. Sepanjang perjalanan pulang, Ratri terus bercerita tak habis-habisnya. Mulai dari salah ambil buku, lalu duduk di kursi yang salah di kelas dsb. 

Dodi hanya diam mendengarkan. Dia akan merindukan saat-saat ini tahun depan. Ketika dia harus  ke luar kota melanjutkan study. Meninggalkan adiknya yang masih juga ceroboh. Akankah Ratri berubah setelah Dodi jauh darinya. 

"Ratri,.." panggil Dodi pelan. Sesaat lagi mereka sampai di rumah. "Tahun depan mas Dodi tak bisa pulang pergi ke sekolah bersamamu lagi, bisakan kau jaga dirimu sendiri. Lebih hati-hati dan fokus. Jangan melamun saat jalan ke sekolah" 


Nasehat Dodi yang serius itu membuat Ratri tertegun. Selama ini dia tak pernah memikirkan hal itu. Dia menikmati saja kebersamaan dengan kakaknya. 

"Mas Dodi tak bisa mengawasimu selamanya, jadi berubahlah lebih hati-hati ya" Dodi mendahului Ratri masuk rumah. Sementara Ratri berdiri diam di depan rumah. 

"Pulang sekolah koq bengong di depan rumah. Bukannya kasi salam Ibu dan segera masuk." Suara Ibu mengagetkan Ratri. Segera Ratri menjabat tangan Ibu dan menciumnya. Lalu segera masuk rumah untuk berganti baju dan makan. 

Saat mau masuk ke kamarnya, Ratri melewati ruangan kerja ayah. Ada mas Dodi yang sudah langung duduk manis sambil baca buku yang dipinjqmnya di perpustakaan. Sekilas Ratri baca judulnya You can do it, even if others say you can't. 

(Mungkinkah aku bisa tidak ceroboh lagi, mumgkinkah aku berubah? Aku pasti bisa) batin Ratri sambil melangkah menuju kamarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun