Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bunga, Jangan lagi Membenci Bunga.

17 Juni 2019   21:32 Diperbarui: 10 Oktober 2021   12:17 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia menunjuk ke arahku lalu menunjuk ke mawar di vas yang masih dalam genggamanku "Bunga Mawar" katanya sambil tersenyum dan menutup pintu kamarnya. 

Kubawa bunga mawar dalam vasnya ke dalam kamar kosku. Kuletakkan di atas meja riasku. Tiba-tiba ada rasa haru menyentuh dasar hatiku. Saat kutatap lekat bunga mawar. 

Terkenang memori masa kecilku yang selalu dikelilingi bunga-bunga indah. Papa dan mama sangat suka bunga. Karenanya aku diberi nama bunga. Sejak kecil aku selalu dikelilingi bunga. Hampir semuanya bunga mawar. 

Sampai di suatu ketika, Tuhan panggil ke dua orang tuaku bersamaan. Dalam sebuah kecelakaan mobil yang mereka tumpangi untuk perjalanan dinas ke luar kota. Saat terakhirku bersama mereka, aku masih SD, papa mama memberiku bunga mawar merah sebelum pergi naik mobil naas itu. 

Papa mama ingin menghiburku, karena tak bisa mengajakku dalam perjalan dinas mereka. Aku tinggal bersama kakek dan nenek waktu itu. Sejak kutahu itu bunga terakhir dari papa mama, aku tak bisa lagi menyukai bunga. Setiap aku melihat bunga, aku hanya terkenang duka saatku ditinggalkan selamanya oleh papa mama.

Dalam hatiku, semua luka pahit itu membuatku membenci bunga. Terlebih bunga mawar. Itulah mengapa aku selalu membuang bunga-bunga hadiah dari Andi.

Tapi hari ini, saat bunga mawar merah itu dipungut dari tong sampah, dirawat, aku merasa seperti ada haru melanda kalbu menderu. Kenangan indah bersama bunga dan Papa Mama langsung datang mengahmpiri. Kisah yang kutekan bertahun-tahun agar tak pernah muncul di kehidupanku.

Andi, sahabat di masa kecilku, tetangga sebelah rumahku, yang ternyata anak sahabat dekat papa mamaku. Andi yang selalu memberiku bunga mawar merah, ingin mengingatkanku pada semua kenangan manis bersama papa mamaku di masa kecil. 

Andi tak pernah menyerah sekalipun untuk menolongku berdamai dengan masa laluku. Merelakan kepergian papa mama selamanya. Andi ingin agar aku menjadi Bunga yang mencintai bunga seperti masa lalu. Dan sepertinya dia mulai berhasil.

Aku lupa laparku. Tertidur aku setelah haruku mengenang papa mamaku. Menuntut ilmu di kota yang jauh dari tempat tinggalku. Membuatku sedikt melupakan semua luka lama. 

Pagi telah datang, terdengar ketukan pintu kamarku. Lestari memanggil namaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun