Hamdan yang mendengar percakapan kami, menyela.
"Kamu Maktab berapa?"
"Enam Sembilan," jawab pemuda itu.
"Ah, itu kan dekat sini. Ayo, ikut saya," ajak Hamdan.
Pemuda itu mengikuti Hamdan. Tak sampai dua menit, Hamdan sudah kembali lagi ke tenda Maktab 68, tempat kami ngobrol tadi.
"Itu tendanya di seberang jalan sana," kata Hamdan sambil tersenyum.
Hmm ... saya cuma bisa bergumam dalam hati. Entah kenapa anak muda yang melek gadget gitu bisa tersasar. Tidak bisa menemukan tendanya, yang sebenarnya sudah sangat dekat, walau sudah di bantu peta di smartphone nya sekalipun. Sayapun tidak berani mengira-ngira. Saya takut terjebak dengan prasangka-prasangka negatif. Saya sudah terlanjur "kapok" karena sudah dua kali mendapat "teguran tunai".
Demikianlah. Akhirnya saya membuktikan dan mengalami sendiri, ternyata memang benar banyak sekali kejadian-kejadian "aneh" selama pelaksanaan Ibadah Haji.
Belum lagi, banyaknya cerita pengalaman jamaah haji kita yang sudah sepuh dan tidak bisa berbahasa Indonesia. Mereka sering kali kesasar. Namun selalu bisa kembali ke kloternya masing-masing.
Ketika ditanya, bagaimana caranya mereka bisa pulang ke hotel? Banyak yang menjawab begini, "Ada anak muda Arab, bertubuh tinggi, berwajah ganteng, putih bersih, yang mengantar kami pulang."
Saya benar-benar agak heran dengan jawaban itu. Benarkah orang-orang Arab itu segitu baiknya hingga mau mengantar-ngantar jamaah yang kesasar? Selain itu, bagaimana mereka berkomunikasi? Jamaah-jamaah sepuh itu tidak bisa berbahasa Indonesia, kadang juga buta huruf. Sementara, orang-orang Arab itu tentunya juga tidak bisa berbahasa Indonesia, apalagi bebahasa daerah Indonesia. Terus, bagaimana mereka bisa saling memahami? Yang paling masuk akal, mungkin dengan melihat informasi pada gelang identitas masing-masing jamaah. Â
Namun saya masih tetap berpikir, benarkah mereka orang Arab? Atau jangan-jangan para malaikat Nya? Wallahualam.