Mohon tunggu...
Arfi Zon
Arfi Zon Mohon Tunggu... Penulis - PNS dan Penulis

Seorang Pegawai Negeri Sipil yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kejadian-Kejadian Aneh di Tanah Suci, Benarkah atau Cuma Mitos?

25 Juni 2021   08:04 Diperbarui: 26 Juni 2021   06:41 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Mas Arfi, hati-hati bicara di sana ya. Ketika saya berangkat haji dulu, ada jamaah yang langsung mendapat balasan karena kata-katanya. Dia suka mengeluh soal makanan yang disediakan oleh penyelenggara haji. Suatu ketika, dia mengeluh soal sayur. 'Ah, sayur apaan nih, kuahnya aja kayak kencing kuda.'"

"Besok-besoknya, tiap minum apapun, dia sering bilang, 'Kok bau kencing kuda, ya?' Ketika minum susu, dia bilang susunya bau kencing kuda. Ketika minum jus juga begitu. Pokoknya, tiap minum apapun dia selalu bilang, 'Kok bau kencing kuda, ya?' Kamipun heran. Karena, yang kami minum, sama dengan yang dia minum dan tidak seorangpun di antara kami mengalami keluhan mencium bau kencing kuda. Akhirnya, kami sarankan dia untuk istighfar dan sholat sunat taubat. Barulah keluhannya itu hilang."

Selesai menghadap, pamitan, dan mendapat wejangan-wejangan itu, saya agak termangu. Khususnya karena mendengar dua cerita kejadian aneh tadi. Benarkah sering terjadi hal-hal aneh seperti itu selama pelaksanaan ibadah haji di tanah suci? Antara percaya dan tidak percaya, saya. Tapi saya kembali teringat wejangan tadi, jangan takabur.

Saya berangkat kloter terakhir. Langsung ke Makkah via Jeddah. Sesampai di tanah suci, semua cerita itu terbukti. Saya juga mengalami kejadian aneh. Tidak cuma sekali, tapi berkali-kali.

Kejadian pertama. Suatu hari, saya sudah berada di Masjidil Haram sejak sebelum Dzuhur. Setelah Shalat Dzuhur berjamaah, saya duduk dekat sebuah pilar mesjid yang ada colokan listriknya. Kemudian saya charge HP sambil baca-baca Alquran menunggu masuknya waktu Shalat Ashar. Sekira pukul 15.00, wudhu saya batal. Karena di Masjidil Haram tempat berwudhunya cukup jauh, maka saya berfikir harus segera berwudhu lagi. Supaya tidak terlambat ikut Shalat Ashar berjamaah. Saya cabut charger HP dari colokan, dan memasukkannya ke tas paspor.

Tali tas paspor itu saya gantung di leher, sehingga posisi tas nya menjuntai pas di bagian dada. Tidak pernah saya lepas. Bahkan ketika Shalatpun, tas paspor itu tetap menggantung di leher dan menempel erat di dada, karena ada tali pengikatnya yang melingkari tubuh. Selain paspor, beberapa dokumen lain turut saya bawa dalam tas itu. Nah, charger HP juga selalu saya taruh di sana.

Sesaat setelah memasukkan charger ke dalam tas paspor dan mengunci resletingnya, ada seorang jamaah berwajah Arab mencolek saya. Wajahnya ramah. Saya menoleh ke arah dia dan sedikit tersenyum. Dia juga tersenyum, kemudian membuat isyarat dengan gerakan seolah sedang mencolokkan charger ke HP nya. Rupanya dia bermaksud mau meminjam charger HP saya yang baru saja saya masukkan ke dalam tas paspor. Saya bertanya untuk meyakinkan apa maksud isyaratnya itu, "Charger?" Dia mengangguk sambil tetap tersenyum.

Saya bingung. Gimana nih caranya. Saya mau pergi wudhu. Tempatnya agak jauh. Tapi orang ini mau pinjam charger saya. Kalau saya pinjamkan, gimana nanti saya bisa menemukan dia lagi di tengah ratusan ribu jamaah? Ditambah lagi, semua orang Arab itu wajahnya seolah mirip saja di mata saya dan berpakaian sama pula. Kalau bukan pakaian ihram, ya bergamis putih.

Saya juga mau bilang, "Kalau saya pinjamkan, tunggu saya di sini sampai saya balik lagi dari wudhu ya?" Meskipun saya tidak seratus persen juga yakin akan mampu menemukan posisi pilar itu lagi setelah balik dari tempat wudhu nantinya. Karena Masjidil Haram itu luar biasa luas dan tiap lokasi hampir mirip bentuk dan kondisinya.

Karena sulit mau menyampaikan itu semua, akhirnya saya cuma membalas isyarat nya dengan melambaikan tangan. Sebab, dia ternyata tidak bisa sedikitpun berbahasa Inggris. Sedangkan saya, juga sama sekali tidak bisa berbahasa Arab.

Setelah melambaikan tangan, saya tinggalkan dia dan beranjak ke tempat wudhu. Kemudian Shalat Ashar berjamaah. Selesai Ashar, saya kembali duduk dekat sebuah pilar yang ada colokan listrik dengan maksud kembali mau mengaji dan mencharge HP yang tadi memang belum terisi penuh, sambil menunggu Magrib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun