Tahun ini kali kedua calon jamaah haji Indonesia  tidak bisa diberangkatkan. Amat disayangkan. Namun, apa boleh buat. Terlepas dari berbagai rumor dan kontroversi mengenai apa penyebabnya, itu lah kenyataan yang harus dihadapi. Saya merasa bersyukur dulu memutuskan segera berangkat.
Padahal, ketika itu saya juga hampir saja memutuskan untuk menunda berangkat karena berbagai alasan. Antara lain karena masih merasa belum siap dan ragu meninggalkan istri dan tiga anak yang masih kecil tanpa ada saudara atau kerabat yang dekat dengan rumah kami di Bogor.
Berkat dorongan dan keyakinan dari istri ketika itu, akhirnya saya putuskan berangkat. Dengan merebaknya virus corona jalan dua tahun ini, sehingga berangkat haji menjadi sulit, sekarang keputusan itu amat saya sukuri.
Saya ingin berbagi pengalaman ketika melaksanakan Ibadah Haji tahun 2016 itu.
*****
Beberapa hari sebelum keberangkatan, saya mengajukan izin cuti besar sekaligus berpamitan dengan para pimpinan kantor.
Pertama, saya menghadap sekretaris kantor. Setelah menyampaikan maksud saya menghadap, beliau memberi wejangan.
"Mas Arfi, selama di sana nanti, jaga hati dan kata-kata ya. Banyak bersabar dan istighfar. Jangan pernah sombong atau takabur. Sebab, selama di sana, biasanya sikap dan perilaku kita yang tidak baik, akan langsung dapat balasan. Saya pernah jadi saksi langsung soalnya."
"Waktu saya haji dulu, ada teman sekamar yang mengalami kejadian aneh. Sejak awal, dia suka ngomel-ngomel kalau ada teman sekamar yang menurut dia mandi terlalu lama. 'Mandi jangan lama-lama dong, yang lain juga perlu mandi.' 'Hey, emangnya di rumah sendiri, mandi segitu lama.' Begitu dia sering ngomel."
"Suatu kali, dia mandi paling akhir. Sementara, kami semua sudah berangkat duluan ke mesjid. Ketika pulang dari mesjid, kami kaget, ternyata dia masih di kamar mandi. Dia mengetok-ngetok pintu kamar mandi dari dalam dan memutar-mutar handle pintu. Namun pintu tidak bisa terbuka. Setelah handle diputar dari luar, barulah pintu bisa terbuka. Kami tanya, 'Sejak jam berapa terkurung di dalam?' 'Sejak kalian berangkat ke mesjid tadi,' jawabnya. Astaghfirullaah... berarti seharian dia terkurung dalam kamar mandi. Karena kami di mesjid sejak Dzuhur sampai Isya. Setelah itu, kami tetap mengggunakan kamar mandi dan tidak ada masalah. Pintu kamar mandi bisa dikunci dan dibuka dengan lancar dari dalam."
Ketika menghadap kepala kantor, saya juga mendapat wejangan yang senada dengan Pak Sekretaris tadi dan Beliau juga menceritakan pengalaman anehnya ketika menjalankan ibadah haji.