Pertengahan Agustus hingga akhir September merupakan puncak musim kemarau di mana curah hujan sudah tiada lagi. Kecuali pada 2025 sekarang ini yang menurut prakiraan BMKG merupakan kemarau basah. Di banyak tempat turun hujan bahkan ada yang diterjang banjir.
Hal yang menarik di pertengahan waktu musim kemarau di negeri kita adalah adanya musim gugur. Musim gugur yang dimaksud di sini rontoknya dedaunan pepohonan besar, seperti saman atau trembesi, mahoni, randu kapuk, beringin, ipik, dan gayam. Juga bungur, tabebuya, dan akasia yang berbatang tidak terlalu besar dan kini banyak ditanam sebagai pohon pelindung di tepi jalan raya.
Gugurnya dedaunan terutama pohon beringin, ipik, gayam, dan mahoni menjadi pemandangan yang cukup indah dan menawan. Apalagi jatuhnya di tempat yang lapang dan tidak ramai lalulintas kendaraan.
Bila ramai dan padat maka dedaunan akan beterbangan tertiup angin laju kendaraan bermotor.
Untuk gugurnya bunga-bunga tabebuya, bungur, dan randu kapuk di hari pertama dan kedua terutama pagi dan siang hari masih menjadi pemandangan indah. Tepi jalan seperti hamparan karpet warna putih, ungu muda, dan merah muda.
Hari ketiga hingga hari ke tujuh yang merupakan hari terakhir bebungaan rontok, tepi jalan tampak kotor dengan bunga-bunga yang layu dan berubah warna menjadi coklat.
Di sisi lain bertebarannya daun dan bebungaan yang gugur menjadi beban tersendiri bagi petugas kebersihan. Jika tidak segera diambil akan bisa menutup selokan dan bisa menyebabkan banjir jika hujan turun. Jika langsung disapu kendalanya belum sampai bersih, ada dedaunan yang rontok dan memenuhi jalanan.