Secawan anggur kutegak sampai habis. Luka semakin menganga teriris-iris. Bilah pisau menikam lembar cerita penuh durjana. Mengharap kau mati dengan selibas ujung pena. Tak lagi setangguh silam, kau tersungkur. Termengah saat arteri menderas biram kesumba. Tak berdaya.
Sedu-sedan kusemarakkan gemintang malam. Puing-puing aksara kuremukkan hingga redam. Sunyi! Sunyi yang membunuh lengkara gelora. Di tengah bilik atma, tepat memberangus segala tipu daya. Jangan hidup lagi! Biduk asmara sudah karam sejak gelombang pasang kau biarkan merajalela.
Selesai.
Tak ada lagi yang meronta-ronta.
Meminta dibebaskan dari terungku jiwa.
Selesai!Â
- Jakarta, 22 Juni 2020 -
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!