Akhirnya kutangkap sesuatu yang merduPada komposisi yang kuanggap kacau ituSeperti ucapmu: kita hanya perlu menunggu
Rayap-rayap menghancurkan buku di perpustakaan
Di antara pungguk perindu bulan, mungkin aku paling pahlawan
Bunga-bunga liar itu tengah bercerita bahwa di ujung musim, mereka akan tiada
Selalu ada masa aku berfilsafat Soal makrifat dan hakikat KepadaMu sok kenal sok dekat
Ribuan ingatan pulang ke kandangSelepas perjalanan melebihi petangAku dan waktu saling meniadakan.
Adakah yang lebih mistisketimbang sepi yang melengkung tipisMelingkari kesendirian menanti habis?
Lalu aku teringat mata air yang semula air mataEntah mengapa kita tak pernah tiba di sanaMeski kita selalu mengaku bahagia
Hujan telah tiada, kemarau telah tiadaTinggallah kita berdua tersihir cuaca:Apa yang nanti tersisa selepas bahagia?
Di atas pasir aku tulis kata-kata terakhir. Sembari berharap engkau nantinya berpikir
Di atas sawah yang tergenang ketidakmenentuanAku mencari-cari urat nadi menuju Tuhan:Petani macam apakah aku gerangan?
Sesekali aku bertanya-tanyaNanti tengah berbuat apaKetika maut menjelang tiba
Kali ini kukatakan kepadamuKita akan tak lagi menuju sesuatuKita menuju hanya ke lain waktu
Tak ada yang tiba-tibaKita saja yang tak pekaMenangkap tanda-tanda
Akal dan hati tak sejalan irama, tujuan akal mengatasi jalur luka
Kuterbangkan belahan daun, Terguyur angin nan-anggun, Sejenak adalah wujud hidup, Cepat atau lambat akan hanyut.
pesta usaisemua tawa heningsemua kabar hilangkau mengadunya kepada puisi.
3 Puisi Menyentuh. Dalam"Bunga yang Layu", kenangan tak terlupakan bertahan. Di "Puisi untuk Bulan", temukan hiburan dalam "bisikan malam yang teduh."
Apa yang bisa dirasakan bunga Kastuba di bulan keduabelas?
Apa yang dapat Desember sampaikan dengan hujan?