Tentang carnation merah yang kau tinggalkan dahulu. Kini mekar menghiasi taman bunga, serupa milik Eros yang pernah kita puja, Tuan.Â
Berdatangan banyak rama-rama penggoda. Menyesap nektar atau sekedar singgah. Membuatnya semarak bak lukisan surgawi. Hanya saja, punya kita subur di bentala mimpi.
Di rumah berlatar ungu itu, kau bilang akan pulang. Namun senyap masih menghiasi setapak lapuk kayu di halaman depan. Musim berganti, kau lewatkan lagi semi serumpun hati. Jangan khawatir, lumbung langit sudi menyiramnya hingga menyeruak wangi.
Tuan, tak ada yang setangguh kau dalam ingatan. Tak ada yang setabah kau menghadapi gelagar alam. Sekian candra terlewat. Sekian gemerlap rasi meredup. Masih engkau, Tuan, yang sanggup membahana di tiap relung sukma.
Aku nanti kau pulang.
Kamar hati kukunci dalam diam.
Carnation merah semakin subur menghias taman.
- Jakarta, 16 Februari 2020 -