mari, Renjana...
sejenak kita sesap anggur dari cawan pendosa
merengkuh angkara tanpa basa-basi busuk nirmala
pura duka, biar saja melanglang buana
pada jenggala hati yang tak lagi rimba
kau sungguh tahu, rimbunan aksara tak lagi sama
sejak nestapa pukul tiga, kita genapkan seluruh rasa
puisi ini, Renjana, memiliki calar tak kasatmata
tak biram pun lebam,
tak ronyok pun pilu
ia sepotong puisi cacat
terbentuk dari rajut aksara yang tak selesai
ia sepotong puisi rusak
sekumpulan tabu, haram adanya
maka, Renjana, janganlah berburuk sangka
jika puisi ini tak sempurna
karena ia adalah raungan bisu,
yang tak menjelma menjadi apa-apa,
ingar bingar tanpa pesta pora,
seperti kita.
- Jakarta, 27 September 2019 -