Mohon tunggu...
Rendra Prasetya
Rendra Prasetya Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Manusia Biasa Saja

Tukang Kopi, menjadi biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan Spiritual Hambasahaya Sang Pendosa

2 Maret 2024   11:06 Diperbarui: 2 Maret 2024   11:13 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JOURNEY TO HOLLY PLACE

(Perjalanan Spiritual Seorang Santri Mbeling Hamba Sahaya Pendosa)

Oleh : Rendra Prasetya

PENDAHULUAN

Saya adalah orang biasa yang seperti kebanyakan umat Islam yang tidak begitu  fanatik dan tidak begitu taat pada kewajibannya sebagai seorang muslim. Terlahir dari keluarga biasa, saya tumbuh kembang di kampung di Tengah Kota Serang Banten. Sejak kecil hanya mengaji dan baca Al-Qur'an pada ustadz kampung dan sesekali pada Kiyai di lingkungan pesantren di Kampung Cipare Tegal Kota Serang Banten. Sejak remaja hingga dewasa hanya dibekali khataman Al-Quran pada ustadz kampung, tak ada kajian kitab atau membedah kitab kuning layaknya seorang santri. Kegiatan hidup remaja hingga dewasa tak ada yang spesifik menjurus pada ketaatan yang fanatic, sedang-sedang saja yang biasa disebut sebagai Islam Abangan. Hanya mengandalkan didikan orang tua dan ustadz kampung saya tetap dibekali rambu-rambu dalam mejalankan syari'at agama. Shalat, ngaji dan berpuasa di Bulan Ramadhan, merayakan Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi, Isra Mi'raj dan menghadiri Tabligh Akbar dan Ceramah Dakwah di Kampung sebagai rutinitas kegiatan agama setiap tahunnya.

Hamba Sahaya seperti saya ini rentan melakukan dosa-dosa karena memang hanya berbekal didikan orang tua dan ustadz kampung, sehingga pergaulan pun mengikuti trend Masyarakat kebanyakan saat itu. Hal ini membentuk pribadi dan pemikiran yang moderat bahkan sedikit "loss dol" karena memang bukan berpendidikan pesantren dan tak layak disebut Santri. Maka sejak menginjak dewasa saat itu mendapat julukan Santri Mbeling, anak laki-laki yang melaksanakan shalat dan mengaji tetapi ikut arus pergaulan masa kini saat itu. Merokok, menenggak minuman keras, menghisap ganja ya pernah dilakukan. Berantem dengan anak sebaya, ikut gang dan melakukan duel, beranten satu lawan satu berakhir dengan babak belur tanpa pernah mengalami kemenangan, hehehe.

Kenakalan remaja hingga dewasa saat itu dibarengi dengan kegiatan sekolah seperti ikut kegiatan Pramuka, bermain musik membentuk sebuah group Band semi professional main di kafe-kafe sehingga menghasilkan uang. Kehidupan remaja saya hingga dewasa begitu berwarna, tidak sebaik anak baik-baik layaknya santri yang taat beragama. Pribadi yang terbentuk memang akhirnya jadi kiri menghormati full kebebasan tanpa rintangan agama, bergaul dengan semua kalangan baik sesama muslim juga non muslim serta akhirnya saya mampu berpikiran terbuka.

Seiring berjalannya waktu saya berangsur-angsur haus akan kegairahan spiritual yang sudah lama tak saya jumpai. Saya pernah berlabuh di Gerakan pemurnian Islam atas Al-Qur'an dan Sunnah Rasul, saya ikuti lewat Gerakan di social media dan youtube. Perjalanan spiritual ini mulai membentuk kesadaran diri atas hamba yang memerlukan TuhanNya serta mencintai Nabi Muhammad SAW.

Pribadi saya mulai sedikit berubah, condong ke kanan dan mulai menggali ap aitu Wahabi, Salafi dan Gerakan Cinta Sunnah Rasul yang digagas anak muda ITB, Akmal Syafri dan Hafidz Ary yang sempat menggetarkan jagat socmed dan dunia nyata di Indonesia. Mereka mendeklarasikan melawan narasi Islam Liberal yang digagas Gus Ulil Abshar Abdalla, Lutfhi Assyaukanie dkk. Sekitar 2 tahun saya ikuti socmed mereka dan gerakannya, bahkan saya sempat ikut melakukan One Day One Juz (ODOJ) yaitu Gerakan membaca Al_Quran 1 hari sebanyak 1 Juz. Saya sempat terpesona dengan semangat mencintai Agama Islam dengan cara kekinian, Dakwah ala-ala anak Muda saat itu.

Tanpa sengaja di tahun 2018 akhir saya tak sengaja mengikuti kajian Kitab Tematik Gus Yai Ulil Abshar Abdalla di Facebook. Beliau mengadakan Ngaji Online mengupas dan mengkaji Kitab Ihya Ulumuddin karya Sang Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali. Sejak saat itu pikiran saya Kembali lebih terbuka namun sedikit membumi tidak berapi-api atas mencintai Agama Islam. Saya mendapatkan banyak Kebajikan dalam diri atas kajian yang diampu oleh Gus Yai Ulil Abshar Abdalla. Jujur saya makin mencintai Guru Spiritual Online say aini. Bagaimana tidak beliau lah yang akhirnya mampu mengembalikan pikiran dewasa saya atas pemenuhan spiritual keagaman saya atas diri saya yang sebenarnya kosong. Sebagai Santri Online Kyai Ulil ini, saya makin memantapkan diri sebagai "Santri Mbeling".

Saya merasa lengkap atas diri saya, bahwa saya pernah di jalur pemikiran kiri yang sangat liberal saat remaja, sempat belok jadi paham atas ideologi kanan, dan akhirnya Kembali menjadi moderat yang membumi atas bimbingan dalam kajian ngaji online Ihya Ulumuddin yang diampu oleh Gus Yai Ulil Abshar Abdalla. Tetapi saya tetap bukan pribadi muslim yang baik, saya masih bolong-bolong dalam melakukan shalat, tak bis abaca Arab Gundul, tak bisa Bahasa arab, bacaan Al-Qur'an pun tidak fasih seperti anak santri. Tekad saya ikut ngaji Online dengan Gus Yai Ulil Abshar Abdalla hanya untuk mendapat berkah pahala ilmu yang disampaikan oleh beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun