Masyarakat marah karena presiden yang lemah. Namun presiden seolah acuh, sembari menikmati kursi yang empuk. Tidak ada harapan yang kami panjatkan untuk kalian sang pemangku kekuasaan. Karena kami memahami pekerjaan kalian yang begitu sulit, dalam mempertahankan sistem yang rusak, bersama orang-orang yang keparat.
Kami ini siapa, menurut kalian?
Satu pertanyaan yang hanya dijawab dengan retorika tanpa isi, tentunya!
Kami adalah pembayar pajak yang taat, bila melanggar akan ditilang bahkan ditagih dengan santainya. Ataupun kami hanya dibutuhkan saat ada pemilihan umum?
Berbagai perbincangan dan keputusan memihak, telah kami sadari. Namun, yang kami tidak pahami adalah tentang konsistensi kalian dalam menutupi informasi dan kecacatan di sistem ini. Seolah kalian hanya bisa tertawa, diantara orang-orang yang bersedih. Kalian saling menyebarkan amarah dan obsesi dalam sidang, diantara kami yang sedang berbagi kasih dalam kesulitan. Kalian melarang kami kemana-mana, disamping kami yang membutuhkan nafkah keluarga. Kami tertekan, namun kalian terus rakus untuk menghabiskan jatah makanan.
Tidak ada lagi yang bisa diharapkan dalam tatanan sistem ini. Terlihat dari tidak adanya pihak oposisi dalam menentang kebijakan, yang nyatanya tidak bijak. Seolah kami digerayangi dan ditelanjangi, namun tidak tahu siapa pelakunya. Semua dari kalian menyebarkan senyum, dalam praktik menopengi demokrasi. Tidak ada senjata yang mempan, untuk menjatuhkan para anti kritik. Bahkan kritik hanya akan seperti angin lalu, dalam sistem yang tidak memiliki telinga ini.Â
Apakah kalian menyadari, bahwa yang dibutuhkan oleh kami, hanyalah bentuk keterbukaan? Kami tidak akan menentang, bila setiap keputusan yang diambil dilakukan secara terang-terangan, dan kami diikutsertakan dalam penyusunannya.Â
Saat ini sebenarnya kami takut melihat kalian yang tergesa-gesa, seolah sedang kocar-kacir dalam melayani sang pembeli negara ini. Kebijakan dengan cepat kalian ambil, demi memuaskan pihak pemesan kekuasaan, yang kalian tutupi dengan sistem dan retorika rumit. Seolah-olah kalian sedang dimabuk cinta, kepada mereka yang memiliki dana dan kuasa. Kalian cinta pada telunjuk dan perintah dari mereka sang pemilik perintah sesungguhnya. Kalian para pemerintah telah diperintah oleh pihak yang memerintah.Â
Apakah kalian buta? Apakah kalian tuli?
Tentu tidak buta dan tuli, kalian hanya banyak bicara, tanpa mendengar, melihat, bahkan merasakan. Namun satu keutungannya, kalian adalah nahkoda negara ini. Sungguh kami tidak mau diperintah oleh kalian, yang bahkan tidak mengenali kami sedikitpun. Kalian berjalan penuh pengawalan, dan 'kencing' sembarangan.
Kami sudah muak untuk berdemo, karena yang menghadap hanyalah bubur kacang ijo dan ketan hitam. Kami malah dihadapkan dengan mereka yang buta rasa, dengan senjata di dadanya. Kami berteriak, pelatuk ditariknya. Tidak ada kompromi dengan "benda mati", dan juga tidak ada rasa yang disematkan pada robot.
"Sejatinya yang membedakan manusia dan robot adalah rasa, yang menyatukan rakyat dengan pemimpinnya adalah rasa, juga yang menerima dan menentangnya adalah bentuk dari rasa. Namun sialnya dialog kami dengan kalian ini, seolah dialog antara manusia dengan robot."
Sudahlah terlampau kami sudah menghabiskan energi, percuma kalian semua anti membaca. Karena kalian memang 'buta'. Pun bila kami bacakan, kalian tak akan mendengar. Karena kalian memang 'tuli'. Karena pada intinya kalian memang anti-kritik.