Mohon tunggu...
antung apriana
antung apriana Mohon Tunggu... Administrasi - ibu bekerja dengan 2 anak

working mom with 2 children, blogger www.ayanapunya.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mesin Jahit Peninggalan Ibu

20 Juni 2022   08:36 Diperbarui: 20 Juni 2022   08:46 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Siang, Oma," Fira menyapa Oma Nani. Mengetahui ada orang di ruangannya, Oma Nani langsung menghentikan kegiatannya. 

"Wah, sudah datang, ya. Fira kan namanya?" tanya Oma Nani sambil beranjak dari tempat duduknya. 

Fira menganggukkan kepalanya. "Iya ini sekalian pulang sekolah, Oma," katanya kemudian.

"Kamu sudah siapkan peralatannya?" Tanya Oma Nani tanpa banyak basa-basi. 

Fira mengangguk. Dari tas sekolahnya Fira mengeluarkan sebuah buku tulis berukuran folio, penggaris khusus menjahit berukuran kecil, kertas HVS warna merah muda, serta sebuah penggaris dari kertas. Tak lupa juga Fira mengeluarkan buku panduan yang didapatnya saat mendaftar beberapa hari yang lalu.

Oma Nani kemudian meminta Fira membuka halaman-halaman dari buku yang dipegangnya. "Nah, kamu ikuti aja gambar yang ada di buku ini. Ukurannya sudah ada di halaman sebelumnya. Jangan lupa penggarisnya pakai yang kertas itu, ya," Oma Nani langsung memberikan instruksinya. 


Meski agak bingung, tanpa banyak bertanya Fira pun mulai mengikuti perintah Oma Nani. 

***

Saat Fira sedang sibuk menggambar pola di buku besar, beberapa orang mulai memasuki tempat kursus. Dari yang diperhatikan Fira, rata-rata peserta yang baru datang ini berusia di atas dua puluhan. Bahkan sepertinya ada yang sudah berusia seperti almarhum ibunya. Tanpa banyak basa-basi, masing-masing dari peserta kursus itu langsung bekerja. Rata-rata dari mereka langsung bekerja menggunakan mesin jahit yang disediakan di ruangan. Hanya beberapa yang masih sibuk menggambar pola di kertas coklat.  Hmm berarti hari ini cuma aku murid baru di kelas ini, kata Fira dalam hati.

Tak lama kemudian, sosok lain memasuki ruangan. Fira lagi-lagi mendongak untuk mengetahui siapa yang datang. Untuk kali ini, keningnya berkerut. Sosok itu adalah seorang pemuda dengan tinggi kurang lebih seratus tujuh puluh senti dengan rambut semi gundul. Yang nembuat kening Fira berkerut, sosok itu mengenakan seragam sekolah yang sama seperti dirinya.

"Putra? Kamu ngapain di sini?" spontan Fira bertanya saat sepasang mata mereka bertemu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun