Ini puisi kisah imajiner "mbeling" Â bharatayuda-nya para filsuf'
bukan perang antara kebajikan dan kebatilan, melainkan antaraÂ
mereka yang sadar akan batas dan mereka yang kelewat batas...,
antara mereka yang mencapai kesetimbangan optimum dan mereka yang
kesetimbangannya 'njomplang' dalam dimensi "keberhinggaan dan ketakberhinggaan":
Sang Arjuna Kant,
itu dataran dan sungai imperatif!
Sang Nakula Heidegger, tak lain ekstase-nya samudera luas,
Sang Sadewa Levinas, ekstase kesuburan pelosok dataran yang terjelma dalam wajah liyan,
Sang Yudistira Kierkegaard, adalah awan pencurah kesuburan dan kesegaran,
Sang Werkudara Nietzsche, puncak-puncak gunung yang enggan diselimuti awan!