Mohon tunggu...
Andi Fitriyanto
Andi Fitriyanto Mohon Tunggu... Penulis

Pengarang Satire Kontemporer

Selanjutnya

Tutup

Book

Ulasan Buku Who Rules the World? karya Noam Chomsky

16 Agustus 2025   13:55 Diperbarui: 16 Agustus 2025   13:55 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Andi Fitriyanto

Hamas bukan hanya gerakan perlawanan, tetapi organisasi dengan ideologi Islamisme teokratik yang menginginkan pembentukan negara Islam berdasarkan hukum syariah.

Dalam Piagam Hamas (1988) yang secara eksplisit menyerukan kehancuran Israel, terdapat banyak unsur antisemitisme, glorifikasi jihad, dan penolakan terhadap solusi dua negara.

Hamas secara sistematis menggunakan propaganda agama dan indoktrinasi radikal, terutama kepada anak-anak dan remaja, yang memperkuat siklus kekerasan dan kebencian.

Mengabaikan dimensi ini bisa membuat analisis Chomsky tampak naif atau tidak lengkap. Menyederhanakan Hamas hanya sebagai produk penjajahan mengaburkan fakta bahwa kelompok ini juga melakukan pelanggaran HAM dan represi terhadap rakyat Palestina sendiri, khususnya di Gaza.

  1. Kekerasan dan Represi Internal oleh Hamas

Di bawah kekuasaan Hamas, warga Gaza mengalami represi politik, pelanggaran hak-hak perempuan, penindasan terhadap oposisi, dan pengekangan kebebasan berekspresi.

Praktik eksekusi tanpa pengadilan, penyiksaan tahanan, dan kontrol moral berbasis agama kerap terjadi, namun minim mendapat sorotan dalam narasi Chomsky.

Kritikus berpendapat bahwa fundamentalisme agama dalam tubuh Hamas bukan hanya ancaman bagi Israel, tapi juga bagi masyarakat Palestina sendiri, terutama kaum muda, perempuan, dan kelompok minoritas.

  1. Ketidakseimbangan Moral dalam Kritik Chomsky

Sebagai seorang humanis dan pendukung HAM, Chomsky tampaknya tidak memberikan porsi kritik yang setara terhadap pelanggaran oleh Hamas dibandingkan dengan negara-negara Barat atau Israel. Ini menciptakan kesan bahwa:

Kekerasan negara dianggap lebih kejam, sementara kekerasan berbasis agama atau kelompok bersenjata dianggap sebagai perlawanan sah.

Dalam realitas konflik modern, baik kekerasan negara maupun kekerasan ideologis non-negara sama-sama menghancurkan dan tidak bisa dibenarkan.

Dengan tidak menyoroti ekstremisme agama sebagai elemen penting dalam konflik, Chomsky berisiko melemahkan daya analisis etisnya, terutama dalam konteks pluralisme dan nilai-nilai sekularisme yang ia sendiri junjung tinggi.

  1. Dampak Global Islamisme Militan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun