"Setelah kejadian bunuh diri yang gagal itu, orangtua saya jadi rajin dengar ceramah. Kadang di masjid, kadang video kajian dari internet diputar keras-keras. Mau tidak mau saya juga ikut mendengar. Katanya, kematian itu dirahasiakan agar kita selalu berusaha berbuat baik setiap saat," jelas Juhri.
Kasim tidak berkomentar apa-apa dan terus fokus membersihkan kaca spionnya yang satu lagi.
***
Baru siang tadi Kasim berbincang dengan Juhri di pangkalan ojek, sore harinya Kasim mendapat kabar bahwa Juhri kecelakaan motor dan meninggal di lokasi kejadian dengan kepala yang pecah akibat tergilas truk.
Mendengar kondisi Juhri yang mengenaskan membuat Kasim jadi khawatir, ia tidak mau mati dalam keadaan serupa.Â
Maka Kasim pun menambah kuantitas ibadahnya. Ia mulai menjalankan sholat sunnah dengan mengamati marbut masjid setiap selesai adzan. Ia berharap tidak mati dalam keadaan menyakitkan dan mengenaskan seperti Juhri.
Waktu berlalu hingga Juhri menghitung hari itu sudah hari keempat belas dari kunjungannya ke rumah Nini Aluh.Â
Sepanjang hari Kasim mencari-cari di mana sosok Malaikat Izrail yang kata orang akan menampakkan wujud kepada jiwa yang akan dicabutnya. Akan tetapi, hingga Kasim berada di atas kasurnya untuk bersiap tidur pada malam hari, malaikat itu tak muncul-muncul juga.
Mungkin aku akan mati saat tidur. Pikir Kasim.
Ia menjadi lega karena menurutnya mati ketika tidur adalah cara mati yang paling menenangkan. Tidur di alam dunia dan terbangun di alam yang lain.
Besoknya, ada perasaan kecewa saat Kasim mendapati dirinya terbangun dalam keadaan masih hidup. Kasim berencana akan mendatangi Nini Aluh hari itu. Akan tetapi, sebelum ia sempat menemui Nini Aluh, sebuah kabar yang ia dengar dari perbincangan tetangga pagi itu lebih dulu menghampirinya.