Mohon tunggu...
Annisa A
Annisa A Mohon Tunggu... Hamba

Bekerja sebagai ASN. Hidup seperti manusia pada umumnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Meramal Kematian

26 Desember 2021   12:00 Diperbarui: 6 Januari 2022   21:25 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash.com/@juliakadel

Tanpa ragu, Kasim berujar, "Saya ingin tahu kapan saya mati, Ni."

***

Pulang dari tempat Nini Aluh, perasaan Kasim lebih lega dari biasanya. Tanpa banyak ritual aneh atau permintaan macam-macam seperti yang dibayangkan Kasim sebelumnya, Nini Aluh hanya terdiam sebentar tatkala mendengar pertanyaan Kasim sebelum menjawab singkat: "Dalam rentang waktu dua minggu lagi."

Jika kebanyakan orang akan gelisah ketika mengetahui kapan kematiannya tiba, Kasim justru berbunga-bunga. Dalam bayangannya tidak lama lagi ia akan terlepas dari segala kesusahan di dunia, terutama dari kesepian ditinggal Latifah dan dari sulitnya mencari uang. Dia tidak perlu lagi menunggu tetangga mengirimkan makanan jika pendapatannya habis untuk bayar kontrakan.

Tiga hari pertama dijalani Kasim dengan bahagia. Hari keempat sebuah pemikiran mengusiknya. Bagaimana kalau setelah ia mati ia tidak bisa bertemu Latifah? Bagaimana kalau tempat Latifah dan dirinya kelak berbeda? Kasim ingat ketika Latifah masih hidup istrinya itu rajin sholat, sementara dirinya tidak.

Berangkat dari kekhawatiran itu, Kasim mulai membiasakan diri untuk shalat ke masjid. Setidaknya ia bisa memohon ampun pada Allah sebelum ia mati. 

Satu lagi kebahagiaan Kasim setelah mengetahui ramalan kematiannya, ia bisa mengatur waktu untuk bertobat dan melupakan hidupnya yang amburadul di masa lalu.

"Paman jadi sering ke masjid ya sekarang," kata Juhri suatu hari ketika ia sedang duduk di pangkalan ojek seperti biasa dengan Kasim. Hari itu adalah hari kedelapan setelah Nini Aluh memberikan ramalan untuk Kasim.

"Ya, itulah untungnya tahu kapan mati. Kita bisa merencanakan untuk tobat sebelum dijemput malaikat!" jawab Kasim dengan bangga.

"Paman jangan percaya begitu saja perkataan Nini Aluh itu. Kematian tidak bisa ditebak, Man. Buktinya, beberapa bulan lalu saya dengan yakin bisa mengakhiri hidup saya sendiri, ternyata saya ditakdirkan panjang umur," kata Juhri.

"Kau jadi orang bijak setelah gagal mati, Juh. Persis seperti kebanyakan kisah orang yang mati suri," sahut Kasim sambil mengelap kaca spionnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun