Aku tidak kenal nahkodanya siapa, tapi aku yakin ia sudah mahir membaca arah
Berkat ilmu yang ia taklukkan, akhirnya nahkodalah yang membawa penumpang
Menuju ke tempat pulang masing-masing orang
Cukup senang bila kapal disenggol ombak pelan hingga sangat panik bila sudah bergoyang lebih kencangÂ
***
Lucunya, aku selalu leluasa bercerita kepada setiap orang yang mengajakku berbicara
Cerita yang mengalir, seakan sahabat lama yang telah lama tidak berjumpa
Perjuangan demi perjuangan kulihat dan kusaksikan dari cerita sepintas lalu
Namun, aku senang mendengar cerita mereka, bola mataku mengerjap-ngerjap sangat takjub antusiasÂ
***
Setiap momen di dalam kapal kupelajari
Segelas kosong lalu terisi penuh dari perjalanan beberapa jam setelahnya
Suara deru ombak mengiringi kami menuju persinggahan-persinggahanÂ
Hingga akhirnya menemukan tujuan pulang yang dinantikan
***
Satu hal yang pasti, pada akhirnya kita akan pulang
Pulang ke rumah yang selalu dirindui saat di rantauan
Demikianlah kehidupan, penuh pilihan yang harus ditempuh
Untuk sebuah hal yang dikejar di rantauan, yang semoga membuahkan hasil terbaik
***
Tak kuasa meyaksikan beragam kebahagian di depan
Tak sabar rasanya menapakkan kaki di rumah tempat ternyaman menjadi diri sendiri
Begitulah kehidupan, menyenangkan bila tidak banyak pikiran
Tak apa, semoga lelahmu sesuai harapan pasti, berbahagialahÂ
***
Puisi ini menggambarkan seseorang yang nyaman menjadi diri sendiri ketika di tempat ramai, ketika tidak satu pun orang yang mengenal siapa dirinya. Seperti seorang ekstrovert ulung, padahal sebenarnya introvert penuh ketakutan, minim bicara.
Namun, tatkala perjalanan pulang ia seketika dimantra, menjadi sosok yang lihai sekali berdongeng. Kendaraan andalannya pulang dari rantauan adalah kapal, karena hanya ini yang menyenangkan. Menemukan orang-orang yang juga tidak sungkan bercerita kepadanya saat di kapal, membuat ia juga lebih effort mengeluarkan suara, seru dan menyenangkan.
Penuh gelak tawa ketika menemukan sesama spesies aneh di kapal. Padahal, setelah ini adalah perpisahan. Ia pulang ke rumahnya dan mereka pulang ke rumahnya. Seakan-akan tidak ada hari esok, mereka habiskan cerita penuh hari ini, saling mengisi kekosongan.
Semoga puisi ini mewakili teman-teman semua. Tatkala perpisahan tiba, jangan lupakan kenangannya. Ingat, bahwa kita pernah saling mengisi sampai pada akhirnya memilih pulang ke tujuan masing-masing.