Lelaki itu tak nampak sehat. Keluh kesahnya tak pernah tertuang sepenuhnya. Bagaimana rasanya?Â
Dipecundangi diri sendiri?Â
Tidak enak bukan?Â
Lelaki itu terlihat tenang diluar, tapi yang tidak banyak orang ketahui, ada sebuah beban yang dialami. Rasa yang tak pernah mampu diucap dan semua kejadian dihidupnya yang kadang hilang begitu saja.Â
Penyendiri yang tak ulung.Â
Semua dinikmati sendiri, kesepian dalam Keramaian yang hadir seolah jadi pertanda ada batas besar yang memisahkan Lelaki itu dari dunia.Â
Jalan panjang nan gelap yang tak pernah hilang, membuat dia berlari tanpa arah. Ia tak pernah selesai dengan kehidupannya. Imbas dari sebuah kesombongan diri yang membuat Lelaki itu seakan pasrah akan kehidupan.Â
Lelaki itu pecundang !Â
Yah, dia benar-benar pecundang, menghadapi gelapnya dunianya pun ia tak sanggup, apalagi harus dihadapkan dengan gelapnya dunia orang lain. Sebagai mahkluk sosial tanpa mahkota, ia terlalu menempatkan diri bak seorang raja.Â
Mencari yang tak pasti, hingga akhirnya terjebak dalam lubang yang ia ciptakan sendiri. Yah. Bukan hanya pembatas berupa tembok besar, tapi secara tidak sadar ia membuat lubang besar yang tak sengaja ia injak.Â
Ketika sudah terlanjur masuk kedalamnya. Ia hanya pasrah tak mampu berdiri. Sendiri saja sudah cukup, ia tak merasa kesepian. Karena jauh dalam dirinya, itulah yang ia inginkan. Sembari berharap, apa yang terjadi selalu terulang.Â