Juara diam. Merenung. Maukah nenek memesankan nama teman-temannya itu. Pastilah mau. Nenek kan pedagang, katanya dalam hati.
"Yaudah, siapa aja yang mau?"
"Aku!"
"Aku juga!"
"Aku dua, sama adikku!"
Juara pun mencatat nama-nama itu.
"Aku tanyain dulu harganya sama nenek, besok aku kasih tahu kalian ya."
Bagde nama sepuluh anak pesanan pertama sudah jadi. Nenek menghargainya 5 ribu satu badge. Nenek bilang, dia boleh mengambil untung karena sudah menampung pesanan. Nenek bilang Juara bisa menjual badge itu 6 ribu.
Dari sepuluh anak itu, Juara mendapatkan untung 10 ribu. Itu adalah kali pertama Juara mendapatkan uang dengan kerja. Esoknya dia mulai promosi pada yang lain soal badge nama itu. Sepuluh anak memesan lagi, dan makin lama makin banyak yang memesan. Ketika kelas lain ikutan memesan, Juara menaikkan harga menjadi 7 ribu.
Nenek juga bersemangat karena dia juga mendapatkan untung dari pesanan itu. Penjahit hanya mematok harga 4 ribu satu badge dan dia menjual pada Juara 5 ribu. Juara yang paling banyak mendapatkan untung. Para guru ikutan memesan buat mereka dan anak-anaknya, untuk guru Juara mematok harga yang berbeda.
Juara mengumpulkan uangnya di tabungan. Dia kadang mengobrol dengan nenek urusan jual menjual. Nenek pernah bertanya, berapa tabungan hasil kerjanya. Juara menjawab dengan jujur dan nenek bilang jangan biarkan uang lapuk di tabungan. Juara harus terus memutar uang itu.