Seberapa jauh
seorang anak harus berjalan
untuk menemukan ibunya
yang menghilang dari peta
tanpa sempat menuliskan alamat pulang?
Langkah-langkah kecilnya
menyusuri lorong yang digambar kabut,
menyentuh pintu-pintu
yang tak lagi mengenal ketukan.
Ia bertanya pada dinding,
pada bayang-bayang
yang tak sempat menoleh.
Di jalan itu,
sepasang sandal tergeletak
tanpa arah hadap.
Masih hangat.
Masih utuh.
Tapi tak ada suara
yang memanggilnya kembali.
Seberapa jauh
kata "selamat tinggal" bisa mengendap
dalam dada yang belum belajar menangis?
Lalu menjadi desir
di sela sunyi
yang tak pernah diundang untuk bicara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI