* Acoustic tweezers untuk menahan dan memindahkan partikel mikro tanpa menyentuhnya.
* Manipulasi cairan dalam mikrochip laboratorium, yang sangat penting untuk penelitian biomedis.
* Teknologi haptik ultrasonik, yang memungkinkan pengguna merasakan objek virtual seolah nyata.
Namun, kemampuan modern ini hanya bisa mengangkat benda berukuran kecil, bukan batu besar seberat beratus-ratus kilogram. Jika kisah Dr. Jarl benar, maka teknologi atau metode yang digunakan para biksu Tibet masih jauh melampaui apa yang kita kuasai sekarang.
Praktik Kuno dan Resonansi Ritual
Kisah tentang kekuatan suara bukan hanya milik Tibet. Dalam berbagai budaya kuno, suara selalu dikaitkan dengan kekuatan spiritual maupun mekanik.
* Di India, konsep Yogic Siddhis menyebutkan kemampuan melayang melalui meditasi dan mantra.
* Di Yunani kuno, banyak kuil dibangun dengan arsitektur yang memperkuat resonansi suara untuk tujuan ritual.
* Di Jawa dan Bali, gamelan dan mantra digunakan untuk membawa pendengar pada kondisi transendental.
Dalam konteks Tibet, penggunaan suara melalui drum, terompet, dan nyanyian bukan hanya sekadar musik atau doa. Ia bisa dilihat sebagai alat teknologi spiritual yang memanfaatkan ritme, resonansi, dan tata letak ruang untuk menciptakan fenomena luar biasa.
Akustik dalam Arsitektur dan Konstruksi Kuno
Bukti penggunaan suara juga dapat ditemukan dalam bangunan bersejarah di berbagai belahan dunia.
* Pilar musik di Hampi, India, yang bisa mengeluarkan nada berbeda saat dipukul.