Mohon tunggu...
Andri Sipil
Andri Sipil Mohon Tunggu... Insinyur - Power Plant Engineer

a Civil Engineer

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Artikel Utama

[Dongeng] Kepompong Emas

30 Agustus 2016   05:17 Diperbarui: 30 Agustus 2016   15:21 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.google.co.id/search?q=peri+kupu-kupu&espv=2&biw=1242&bih=606&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwi64eWv_-fOAhXLRI8KHaacCPYQ_AUIBigB#imgrc=X52L-D8eo4NJ-M%3A

***

Seketika cahaya terang memancar dari balik gaun wanita itu. Ruang istana terasa seperti berputar. Benda-benda dalam istana pun mengabur. Tak terkecuali kandil-kandil perak berukuran raksasa yang menggantung di langit-langit serta singgasana Kaisar dan Permaisuri.

Kain-kain sutra itu beterbangan mengelilingi tubuhnya yang kini melayang. Tak berapa lama berubah menjadi ribuan kelopak bunga teratai yang menyelimuti sekujur tubuhnya. Lalu seakan telah waktunya, sebuah ledakan cahaya besar hampir membuat semua orang di ruangan itu jatuh pingsan.

Wanita itu berubah menjadi dewi kupu-kupu dengan sayap yang sangat cantik. Tak pernah ada yang melihat dewi dengan sayap seindah itu. Pesonanya berasal dari taman surgaloka. Dewi itu seperti sedang tertidur di udara. Melayang dengan cahaya keemasan. Sayapnya membentang hampir menutupi sebagian langit-langit istana.

Tak berapa lama dewi kupu-kupu itu pun lenyap. Cahaya keemasan itu pun hilang. Meninggalkan sepasang sayapnya yang telah menjelma menjadi sehelai kain sutra yang paling indah di dunia.

“Iiii.. iiittuu... sutra yang hamba maksud, Baginda.”

Sang Permaisuri menghampiri dan mengambil sutra yang tergeletak di lantai. Mulutnya terbuka tanpa kata, terpesona. Matanya terhipnotis dengan keindahan kain yang tak ada bandingannya itu. Suasana begitu hening, semua perhatian tertuju pada sehelai kain bidadari. Hanya isak sang saudagar yang terdengar begitu mengiba menangisi kepergian istrinya.

Menyadari hal tersebut tiba-tiba sang Permaisuri berhenti melangkah kemudian menoleh ke arahnya.

“Penggal kepalanya!”

“Tidakkkkk!”

Sang saudagar berteriak sambil meronta-ronta melepaskan diri dari pengawalan pasukan istana. Ia minta untuk dibebaskan sesuai janji Kaisar dan Permaisuri. Sementara itu ketika ia berjuang melawan. Tiba-tiba teratai emas di genggamannya mengeluarkan cahaya. Membuat sutra yang berada di tangan Permaisuri terbang mengitari langit-langit istana. Terburai menjadi benang-benang sutra yang tak terhingga jumlahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun