apakah kau masih ingat puisi yang dibacakan oleh ibumu pada malam bertemu pertama kali?
tidak katamu! tapi engkau ingat bukan semua lirik-lirik yang berjalan dari hari-harimu?
lirik yang berjalan kaku kadang berjalan mundur adalah jelmaan waktu dan doa ibumu
ibumu adalah ingatan
ibumu adalah jelamaan waktu
ibumu adalah pohonÂ
ibumu adalah  ingatan-ingatan masa pertemuan kamu pertama kali
engkau menangis ibumu berkata dalam lirik puisinya,
 lalu ia menghadiahi kamu dengan sebuah kadoÂ
juga menghadiahi orang-orang dengan memberi makan Â
engkau tertawa sejak kali melihat mukanya yang manis, ibumu bertingkah kaku lalu tersenyum manis
engaku merangkak pertam kali, ibumu tergopoh gopoh
ketika kata pertama keluar dari mulutmu itu adalah kata ibu, entah ia seperti apa bahagianya
bacalah puisi pertama ibu kamu!
Puisinya ia simpan rapi bukan di rak buku, ia di bawah bantal
ia di dalam daster berwarnah merah kecoklatan padahal warna dasarnya putih
seingat ayah yang belikan di pasar sentral baru sebelum terbakar rata dengan tanah
ibumu adalah jelmaan waktu yang terbungkus seperti pasir waktu, kapan saja bisa kamu putar balik ia tetap samaÂ
Ibumu adalah pohon
dengan ranting yang kuat, dengan buah yang manis
dengan daun menghijau, yang tua kecoklatan ia pasti lepas satu persatu
tetapi akarnya tetap mengisap demi kamuÂ
ingatan-ingatan itu kamu harus tahu
tentu ia bahagia, kau tak perlu raguÂ
sekali lagi jangan biarkan waktu membisu