engaku merangkak pertam kali, ibumu tergopoh gopoh
ketika kata pertama keluar dari mulutmu itu adalah kata ibu, entah ia seperti apa bahagianya
bacalah puisi pertama ibu kamu!
Puisinya ia simpan rapi bukan di rak buku, ia di bawah bantal
ia di dalam daster berwarnah merah kecoklatan padahal warna dasarnya putih
seingat ayah yang belikan di pasar sentral baru sebelum terbakar rata dengan tanah
ibumu adalah jelmaan waktu yang terbungkus seperti pasir waktu, kapan saja bisa kamu putar balik ia tetap samaÂ
Ibumu adalah pohon
dengan ranting yang kuat, dengan buah yang manis
dengan daun menghijau, yang tua kecoklatan ia pasti lepas satu persatu
tetapi akarnya tetap mengisap demi kamuÂ
ingatan-ingatan itu kamu harus tahu
tentu ia bahagia, kau tak perlu raguÂ
sekali lagi jangan biarkan waktu membisu