Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kepada Para Pejuang Cahaya Dimanapun Berada.

19 Juni 2025   20:17 Diperbarui: 19 Juni 2025   20:17 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Musuh kalian adalah ketidaktahuan, intoleransi, fanatisme, takhayul, ketidakdermawanan dan kesalahan. 

Kalian tidak berlayar mengikuti angin pasat di laut yang tenang dengan angin sepoi-sepoi yang tenang dan berlabuh di pelabuhan yang ramah tetapi menghadapi dan harus mengatasi banyak arus yang berlawanan, angin yang membingungkan dan ketenangan yang mematikan. 

Kendala utama untuk mencapai keberhasilan kalian adalah sikap apatis, ketidakpercayaan dan ketidakpedulian dunia yang pasif. 

Baca juga: Cahaya

Dalam gemuruh, desakan dan kesibukan kehidupan dan bisnis.

Keributan dan kegaduhan politik

Suara kalian yang tenang tidak akan terdengar dan tidak dihiraukan. 

Baca juga: Masyarakat Beradab

Pelajaran pertama yang harus kalian pelajari untuk terlibat dalam pekerjaan reformasi adalah bahwa manusia pada dasarnya ceroboh dan acuh tak acuh terhadap segala sesuatu yang tidak menyangkut kepentingan pribadi dan langsung mereka sendiri.

Semua karya besar manusia yang berjuang menuju kesempurnaan bersumber dari para Individu dan bukan dari usaha bersama banyak orang. 

Mereka yang antusias dan membayangkan bahwa ia dapat menginspirasi dengan antusiasmenya sendiri orang banyak di sekitarnya atau bahkan beberapa orang yang telah mengasosiasikan diri dengannya sebagai rekan kerja adalah pendapat yang keliru.  

Baca juga: Jalan Cahaya

Melakukan semua hal

Membayar semua orang 

Menanggung semua hal

Ketika terlepas dari semua rintangan dan hambatan

Keberhasilan tercapai dan pekerjaan besar selesai

Lantas melihat mereka yang menentang atau memandangnya dulu dengan dingin, kemudian mengklaim dan menuai semua pujian dan penghargaan.

Itulah nasib yang akan kalian tanggung. 

Kalian yang berusaha untuk melayani Memberi manfaat dan memperbaiki dunia

Seperti seorang perenang yang berjuang melawan arus yang deras di sungai yang dihantam gelombang yang ganas. 

Angin menderu di atas kepala kalian.

Memukul mundur dan membingungkan.  

Kebanyakan kalian akan menyerah pada tekanan arus dan hanyut bersamanya ke tepian atau tersapu oleh jeram.

Hanya hati yang kuat dan gagah berani serta lengan yang kuat berjuang menuju kesuksesan akhir. 

Yang paling gelisah dan menghambat arus kemajuan adalah yang tidak bergerak dan diam.

Batu yang kokoh atau pohon mati.

Yang bersandar kokoh di dasar dan di sekelilingnya sungai berputar.

Kalian yang ragu dan bimbang serta putus asa.

Yang tidak percaya pada kemampuan manusia untuk berkembang.

Yang tidak mau bekerja keras dan bersusah payah demi kepentingan dan kesejahteraan umat manusia pada umumnya.

Yang mengharapkan orang lain melakukan segalanya.

Sama seperti mereka yang duduk, bertepuk tangan dan tidak melakukan apa pun.

Ada banyak orang seperti itu.

Ada yang acuh tak acuh dan apatis. Mereka yang berdiri diam dan mencibir.

Ada burung gagak yang berkokok pertanda buruk

Para penggerutu yang mengkhotbahkan kebodohan dan kesia-siaan. 

Dunia ini terdiri dari orang-orang seperti itu dan mereka sama banyaknya sampai sekarang. 

Meskipun prospeknya suram dan mengecewakan, tetaplah kalian bertahan.

Ingatlah bahwa satu-satunya pertanyaan yang harus kalian tanyakan sebagai manusia sejati adalah, apa yang dituntut oleh tugas dan bukan apa yang akan menjadi hasil dan pahala kita jika kita melakukan tugas itu. 

Teruslah bekerja

Wahai putra-putri Cahaya...

Tuhan mengasihani yang bersalah. Mengampuni yang bersalah.

Mencintai yang suci

Pengetahuan bagi yang rendah hati dan janji kehidupan abadi bagi mereka yang percaya dan menaati-Nya. 

Tanpa kepercayaan kepada-Nya.

Hidup akan menjadi sengsara

Dunia menjadi gelap

Alam Semesta terlucuti dari kemegahannya.

Ikatan intelektual dengan alam putus Pesona keberadaanNYA sirna..

Semua peristiwa dan tindakan, yang terjadi di alam semesta, tidak ada satu pun yang tidak Tuhan lihat sebelumnya. 

Tuhan mengajarkan bahwa jiwa manusia dibentuk oleh-Nya untuk suatu tujuan.

Dibangun dalam proporsinya dan dibentuk di setiap bagian.

Manusia dibentuk sedemikian rupa. 

Begitu seimbang.

Begitu indah proporsionalnya di setiap bagian.

Sehingga dosa yang dimasukkan ke dalamnya adalah kesengsaraan.

Bahwa pikiran jahat jatuh padanya seperti tetesan racun dan keinginan bersalah yang bernapas pada serat-seratnya yang halus membuat bintik-bintik wabah.

Manusia diciptakan untuk kebaikan dan bukan untuk kejahatan.

Untuk kemurnian sebagai tujuan ketenangan dan kebahagiaan. 

Kita tahu bahwa Tuhan itu baik dan apa yang Dia lakukan itu benar. 

Semua karya ciptaan

Perubahan hidup

Takdir kekekalan

Terbentang di hadapan kita sebagai dispensasi kasih yang tak terbatas. 

Dengan mengetahui ini, kita kemudian tahu bahwa kasih Tuhan bekerja di luar semua pikiran dan imajinasi manusia.

Satu-satunya alasan mengapa kita tidak memahaminya adalah karena kasih itu terlalu mulia untuk kita pahami. 

Kasih Tuhan memelihara semua orang. Kasih itu mengawasi semua orang. Menyediakan kebutuhan semua orang. Membuat penyesuaian yang bijaksana untuk semua orang. 

Kemurahan hati Tuhan akan bersinar Menyingkapkan semua orang Menyempurnakan semua orang 

Memberi upah kepada semua orang yang layak menerima upah. 

Kemudian kita akan melihat, apa yang sekarang hanya dapat kita percayai.  

Awan akan terangkat

Gerbang misteri akan dilewati 

Cahaya penuh bersinar selamanya. 

Kemudian apa yang menyebabkan kalian teruji akan memberikan kemenangan dan apa yang membuat hati kalian sakit akan memenuhi kalian dengan kegembiraan. 

Kalian harus melewati kegelapan untuk mencapai cahaya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun