Diantara 4 musim, yang paling saya sukai mungkin autumn. Semua pohon berubah warna terlihat menarik, bukan? Bagaimana perubahan seluruh warna menjadi kuning hingga kemerah-merahan dan akhirnya berguguran. Musim gugur juga menjadi romantis saat merah, oranye, dan kuning cerah berpadu.
Mungkin semua proses itu sama dengan proses kehidupan kita. Seperti metamorfosis, semua terus berputar dan bergerak dari masa kecil, anak-anak, remaja, dewasa hingga tua. Filosofi kehidupan yang terus bergerak, pohon maple yang bertahan di sisi.
Biasanya novel, film genre romansa ada kaitannya dengan autumn. Tidak selalu sih, hanya saja kebanyakan seperti itu, mengambil latar belakang pohon yang berguguran dengan tokoh pria yang sedang melamar kekasihnya ataupun terkadang juga identik dengan perpisahan.
Maple leaves selalu romantis, warna yang cantik dan indah seakan terhipnotis di dalamnya. Perubahan warna pada daun maple mengajarkan hidup tidak selalu statis. Ada sedih, senang, tawa, kecewa, haru---segala emosi bisa ada. Kita bisa melihat daun maple berwarna hijau segar di musim semi, ke hijau tua di musim panas, lalu berubah menjadi merah, oranye, dan kuning cerah di musim gugur sebelum meranggas di musim dingin. Ini melambangkan filosofi kehidupan yang bergerak.
Di tengah dunia yang bergegas dan bising, maple leaves mengingatkan saya untuk kadang berhenti sejenak. Menatap perubahan, mengaguminya dan memahami bahwa dalam setiap gerakan kehidupan, ada filosofi mendalam yang mungkin terlewatkan jika kita terlalu sibuk
Bukankah itu filosofi kehidupan yang terus bergerak paling cantik yang pernah ada?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI