Joko Tingkir -- Bagian 22: Duel di Bawah Panji Hitam
Alun-alun Panarukan mendadak hening. Angin laut yang biasanya riuh kini seakan menahan napas. Karebet berdiri tegak, tombak panjang sudah ditancapkannya ke tanah, sementara Jiongh melangkah maju, tangan kirinya meraba gagang keris pusaka. Sorban merah yang melilit kepalanya berkibar, seperti api yang hendak menyambar.
"Biar rakyat melihat siapa yang pantas disebut pemimpin," ujar Jiongh, suaranya bergaung. Ia mencabut keris, sinarnya berkilau keperakan, menari-nari di bawah cahaya matahari pagi.
Karebet hanya tersenyum tipis. Ia mengangkat sebatang kayu panjang yang tadi dipakai prajurit sebagai tiang bendera. "Senjata bukan ukuran, Jiongh. Tapi hati yang teguh akan mengalahkan besi manapun."
Duel pun dimulai. Jiongh menerjang lebih dulu, kerisnya berkelebat cepat seperti kilatan petir. Karebet memutar kayunya, menangkis dengan tenang. Suara benturan logam melawan kayu menggema, membuat rakyat yang menonton dari kejauhan menahan napas.
Gerak Jiongh buas, penuh amarah. Setiap tusukan keris diarahkan ke titik-titik mematikan. Namun Karebet menghadapinya dengan gerakan luwes, tubuhnya meliuk seperti bayangan. Kayu di tangannya menangkis, memukul, kadang menghentak tanah hingga menimbulkan debu berhamburan.
"Kenapa kau tak melawan dengan tombakmu? Takutkah?" teriak Jiongh, keringat mulai mengucur.
"Aku hanya ingin menunjukkan bahwa kehormatan tidak ditentukan dari tajamnya senjata, melainkan keteguhan hati," jawab Karebet.
Tiba-tiba, sebuah hentakan keras terdengar. Kayu panjang Karebet memukul keris Jiongh tepat di bagian pangkal. Senjata pusaka itu terlepas dari genggaman, terpelanting ke tanah. Sorak sorai rakyat Panarukan pecah, sebagian tak percaya bahwa seorang utusan Jipang bisa dilucuti hanya dengan sebatang kayu.
Namun Jiongh belum menyerah. Dengan teriakan garang, ia menerjang hendak meraih kembali kerisnya. Saat itulah Karebet melangkah cepat, menahan tubuh lawannya dengan satu pukulan telapak tangan ke dada. Jiongh terhuyung, jatuh berlutut di tanah berdebu.