Mohon tunggu...
roy simanjuntak
roy simanjuntak Mohon Tunggu... Konsultan

Hidup penuh semangat pantang menyerah

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

AI Menggantikan Pekerjaan Kita? Realita Era Otomatisasi 2025

13 Oktober 2025   19:45 Diperbarui: 13 Oktober 2025   19:45 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

AI Menggantikan Pekerjaan Kita? Realita Era Otomatisasi 2025

" Teknologi memang membantu manusia, tapi jangan sampai manusia kehilangan maknya."

Menurut saya, sekarang ini kita sedang hidup di masa yang serba cepat dan serba otomatis. Hampir setiap hari saya melihat berita tentang kecerdasan buatan atau AI yang makin canggih. Saya sendiri mempunyai pengalaman Tahun 2001 sedang melakukan analisa di laboratorium sebanyak 21 Lab tentu untuk menganali menggunakan kecerdasan AI untuk menghasilkan data yang akan kita baca dan mampu menyimpulkan melalui alat yang sudah di uji klinis dengan menggunakan AI. Dan sekarang saya melihat didunia kedokteran juga bahwa AI digunakan untuk membaca pemeriksaan Darah, dan denyut jantung bahkan pemeriksaan oleh dokter kandungan khusus yang 3 dimensi dan masih banyak lagi penggunaan AI yang semakin canggih dan semakin memudahkan pekerjaan manusia.

Kalau dulu kita hanya membayangkan robot di dalam dunia perfilman, sekarang AI sudah benar-benar ada disekitar kita - dari handphone, aplikasi kerja, sampai alat bantu dirumah.

Saya pribadi merasa kagum sekaligus waspada. Di satu sisi, AI memudahkan banyak hal. Pekerjaan yang biasanya butuh waktu lama, sekarang bisa selesai dalam hitungan detik. Di dunia transportasi misalnya, aplikasi sudah bisa membaca kemacetan dan mencari jalan tercepat. Bahkan para penarik driver gojek, gocar, grab car dan lainya sekarang menggunakan aplikasi google map tentukan ini adalah merupakan kecanggihan dari AI. Di dunia bisni, banyak perusahaan pakai sistem otomatis buat melayani pelanggan. tapi di sisi lain, saya juga jadi bertanya-tanya: kalau semua bisa dikerjakan oleh mesin, nanti manusia kerja apa ?

Antara Kagum dan Cemas, bagi saya, rasa kuatir ini wajar. Sekarang saja sudah banyak pekerjaan yang mulai digantikan oleh sistem pintar, dari mulai kasir, operator, bahkan sampai penulis konten. Banyak perusahaan lebih memilih AI karena dinilai lebih cepat, nggak capek, dan nggak minta gaji. Saya jadi berpikir, masa depan kerja seperti apa yang sedang kita tuju ?

Namun menurut saya, teknologi seharusnya bukan musuh kita. Justru kita harus belajar hidup berdampingan dengan AI. Mesin bisa pintar, tapi tetap saja tidak mempunyai rasa. AI bisa menulis puisi, tapi tidak tahu rasanya jatuh cinta. Bisa menulis berita, tapi tidak tahu rasanya kecewa. Di situlah manusia tetap unggul-karena kita punya hati, empati, dan makna di balik tindakan.

Pendidikan Harus Bergerak Cepat, saya juga merasa penting sekali buat dunia pendidikan dan pemerintah untuk lebih sigap menyesuaikan diri. Sekarang bukan zamannya lagi belajar cuma hafalan. Anak-anak didik perlu diajarkan cara berpikir kritis, paham teknologi, dan tahu cara memanfaatkan dengan bijak. Literasi digital bukan lagi tambahan, tapi kebutuhan utama. Kalau tidak, kita akan ketinggalan dan hanya jadi penonton ditengah revolusi ini.

Menurut saya, dunia kerja juga harus berubah cara pandangnya. Pekerjaan di masa depan tidak lagi diukur dari seberapa sering kita hadir dikantor, tapi dari seberapa kreatif kita dalam menggunakan teknologi. Orang yang mau belajar hal baru, berani mencoba, dan tidak takut berubah-itulah yang bertahan.

AI bukan Musuh, Tapi Cermin

Sebagai Kepala Rumah Tangga, saya belajar tidak takut dengan AI. Menurut saya, yang penting itu kemampuan untuk terus belajar dan beradaptasi. Kalau kita mau berkembang, teknologi justru bisa membantu. AI bisaa mempercepat kerja kita, tapi arah dan tujuannya tetap ditentukan oleh kita manusia. Jadi bukan soal siapa yang lebih pintar, tapi siapa yang lebih siap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun