Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Joko Tingkir Bag 22

1 Oktober 2025   11:43 Diperbarui: 1 Oktober 2025   11:43 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joko Tingkir : skrinsyut 


Joko Tingkir -- Bagian 22: Duel di Bawah Panji Hitam

Alun-alun Panarukan mendadak hening. Angin laut yang biasanya riuh kini seakan menahan napas. Karebet berdiri tegak, tombak panjang sudah ditancapkannya ke tanah, sementara Jiongh melangkah maju, tangan kirinya meraba gagang keris pusaka. Sorban merah yang melilit kepalanya berkibar, seperti api yang hendak menyambar.

"Biar rakyat melihat siapa yang pantas disebut pemimpin," ujar Jiongh, suaranya bergaung. Ia mencabut keris, sinarnya berkilau keperakan, menari-nari di bawah cahaya matahari pagi.

Baca juga: Joko Tingkir Bag 8

Karebet hanya tersenyum tipis. Ia mengangkat sebatang kayu panjang yang tadi dipakai prajurit sebagai tiang bendera. "Senjata bukan ukuran, Jiongh. Tapi hati yang teguh akan mengalahkan besi manapun."

Duel pun dimulai. Jiongh menerjang lebih dulu, kerisnya berkelebat cepat seperti kilatan petir. Karebet memutar kayunya, menangkis dengan tenang. Suara benturan logam melawan kayu menggema, membuat rakyat yang menonton dari kejauhan menahan napas.

Gerak Jiongh buas, penuh amarah. Setiap tusukan keris diarahkan ke titik-titik mematikan. Namun Karebet menghadapinya dengan gerakan luwes, tubuhnya meliuk seperti bayangan. Kayu di tangannya menangkis, memukul, kadang menghentak tanah hingga menimbulkan debu berhamburan.

"Kenapa kau tak melawan dengan tombakmu? Takutkah?" teriak Jiongh, keringat mulai mengucur.

Baca juga: Joko Tingkir Bag 7

"Aku hanya ingin menunjukkan bahwa kehormatan tidak ditentukan dari tajamnya senjata, melainkan keteguhan hati," jawab Karebet.

Baca juga: Joko Tingkir Bag 4

Tiba-tiba, sebuah hentakan keras terdengar. Kayu panjang Karebet memukul keris Jiongh tepat di bagian pangkal. Senjata pusaka itu terlepas dari genggaman, terpelanting ke tanah. Sorak sorai rakyat Panarukan pecah, sebagian tak percaya bahwa seorang utusan Jipang bisa dilucuti hanya dengan sebatang kayu.

Namun Jiongh belum menyerah. Dengan teriakan garang, ia menerjang hendak meraih kembali kerisnya. Saat itulah Karebet melangkah cepat, menahan tubuh lawannya dengan satu pukulan telapak tangan ke dada. Jiongh terhuyung, jatuh berlutut di tanah berdebu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun