Lihat ke Halaman Asli

NAINIS LARASWATI

mahasiswa universitas airlangga fakultas vokasi prodi teknologi radiologi pencitraan

Mengapa Jepang Mulai Bergantung pada Pekerja India?

Diperbarui: 30 September 2025   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perdana Menteri India Narendra Modi dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida berjabat tangan dalam pertemuan resmi di Tokyo, Jepang. Sumber: IP Defens

NAMA PENULIS: NAINIS LARASWATI                     NIM: 413251108

Di tengah hiruk pikuk modernisasi, Jepang sedang menghadapi salah satu krisis paling serius dalam sejarahnya: penuaan penduduk. Hampir 30% warga Jepang kini berusia di atas 65 tahun, dan angka ini terus naik. Akibatnya, dunia kerja di Negeri Sakura kekurangan tenaga produktif.

Untuk mengisi kekosongan tersebut, Jepang kini membuka pintu bagi tenaga kerja asing. Menariknya, salah satu negara yang semakin dilirik adalah India dengan populasi muda, berpendidikan, dan menguasai teknologi. Pertanyaannya: mengapa Jepang mulai bergantung pada pekerja India, dan apa dampaknya bagi kedua negara?

JEPANG MEMBUKA DIRI LEWAT PROGRAM SSW

Sejak 2019, pemerintah Jepang meluncurkan program Specified Skilled Worker (SSW). Program ini memberi jalan legal bagi pekerja asing untuk masuk ke Jepang di sektor-sektor vital seperti kesehatan, konstruksi, pertanian, hingga teknologi informasi.

India menjadi salah satu mitra penting. Jepang melihat India bukan hanya punya tenaga kerja banyak, tapi juga unggul di bidang teknologi digital sesuatu yang sangat dibutuhkan Jepang untuk menjaga daya saing ekonominya.

PELUANG UNTUK INDIA

Bagi India, Jepang menawarkan dua keuntungan besar. Pertama, lapangan kerja bergaji tinggi yang dapat meningkatkan taraf hidup tenaga kerjanya. Kedua, remitansi. Pada 2023, diaspora India di seluruh dunia menyumbang lebih dari USD 100 miliar dalam remitansi, dan Jepang mulai muncul sebagai sumber baru transfer uang itu.

Selain itu, ada efek jangka panjang: ribuan mahasiswa India kini memilih Jepang sebagai tujuan studi. Mereka belajar sains, kedokteran, hingga AI. Setelah lulus, sebagian akan tinggal dan bekerja di Jepang, memperkuat jembatan hubungan kedua negara.

TANTANGAN YANG TAK BISA DIABAIKAN

Namun, di balik peluang, ada tantangan serius. Bahasa Jepang masih menjadi hambatan terbesar. Banyak pekerja India kesulitan beradaptasi karena budaya kerja Jepang terkenal disiplin dan penuh etika kerja ketat.

Selain itu, kasus diskriminasi terhadap pekerja migran juga masih terjadi. Beberapa laporan menyebutkan pekerja Asia Selatan, termasuk dari India, kadang diperlakukan tidak adil di sektor informal. Ini menjadi PR besar bagi Jepang yang ingin dikenal sebagai negara ramah multikultural.

Tak hanya itu, kebijakan imigrasi Jepang sering dianggap fluktuatif dan ketat. Perubahan kuota atau regulasi bisa langsung memengaruhi ribuan pekerja India.

MENUJU KEMITRAAN STRATEGIS

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline