Mohon tunggu...
Matthew Pratama Halim
Matthew Pratama Halim Mohon Tunggu... siswa

tugas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Energi Muda, Karakter Tumbuh: Refleksi dari CC Cup XL 2025

5 Oktober 2025   16:29 Diperbarui: 5 Oktober 2025   16:29 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Detik Detik Sebelum Konser Dimulai (Dokumentasi Pribadi)

Setiap pagi di halaman Kolese Kanisius, suara riuh rendah terdengar sejak matahari belum tinggi. Siswa-siswi dengan seragam timnya berjalan berkelompok, membawa semangat dan mimpi. Spanduk berwarna-warni berkibar, tribun mulai dipenuhi penonton, dan para panitia sibuk memastikan semua siap. Inilah wajah CC Cup XL 2025, sebuah perhelatan akbar yang tidak hanya mempertemukan ratusan sekolah, tetapi juga menghadirkan energi muda dalam bentuk paling nyata.

Lebih dari 200 sekolah ikut serta, dengan dukungan 500 panitia yang berdiri di balik layar, memastikan roda acara berputar tanpa henti. Namun, CC Cup bukan hanya tentang kompetisi. Ia adalah ruang belajar yang hidup, tempat anak muda diuji oleh tekanan, ditantang oleh situasi, dan diperkaya oleh persahabatan. Di sinilah mereka menemukan arti kolaborasi, cinta akan kebersamaan, dan semangat untuk bertumbuh menjadi pribadi yang berkarakter.

Di tengah semaraknya CC Cup, ada sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar skor atau trofi. Setiap pertandingan, setiap sorak penonton, dan setiap diskusi di luar lapangan adalah pelajaran kehidupan. Ajang ini memberi ruang bagi anak muda untuk menguji daya juang, disiplin, dan sportivitas. Di sinilah mereka berlatih menerima kekalahan dengan kepala tegak, sekaligus belajar merayakan kemenangan tanpa kesombongan.

"Kompetisi di lapangan hanyalah pintu masuk; yang lebih penting adalah kompetisi melawan diri sendiri."

Banyak peserta datang dengan ambisi besar. Namun, seiring berjalannya pertandingan, mereka menyadari bahwa tantangan terbesar bukanlah lawan di hadapan, melainkan rasa takut, ego, dan keputusasaan dalam diri. Inilah nilai magis yang ditanamkan CC Cup: mengasah diri untuk selalu menjadi lebih baik.

CC Cup juga mempertemukan ribuan anak muda dari latar belakang berbeda. Ada yang datang dari sekolah besar di kota, ada pula yang dari daerah dengan fasilitas sederhana. Namun, perbedaan itu justru menjadi perekat. Di sela-sela kompetisi, mereka berbagi cerita, saling menyemangati, bahkan bertukar strategi. Gambaran sederhana bisa terlihat di arena catur, ketika peserta yang baru saja bertanding masih sempat memberi masukan pada lawannya. Begitu pula di meja rubik, di mana trik-trik cepat dipertontonkan bukan untuk menyaingi, melainkan untuk menginspirasi.

Lebih dari itu, CC Cup XL 2025 juga menumbuhkan rasa memiliki terhadap bangsa. Di saat sebagian anak muda merasa tergoda oleh fenomena "kabur aja dulu" untuk mencari masa depan di luar negeri, ajang ini menunjukkan alternatif lain: tetap tinggal, berproses, dan bertumbuh bersama. Memang benar, banyak tantangan hidup di Indonesia---biaya pendidikan, kesempatan kerja, hingga ketimpangan. Namun, dengan ruang-ruang positif seperti CC Cup, generasi muda belajar bahwa membangun bukanlah pilihan yang kalah berani dibandingkan meninggalkan.

''Arena sekolah bisa menjadi laboratorium karakter; dari situ lahir pribadi yang tangguh dan siap berkarya."

CC Cup bukan hanya tentang adu cepat, adu kuat, atau adu cerdas. Lebih jauh, ajang ini menjadi sarana latihan menghadapi realitas hidup: menghadapi tekanan, bekerja sama, menjaga sportivitas, dan membangun persahabatan. Hal-hal sederhana seperti berjabat tangan setelah bertanding, berbagi tawa di tribun, atau menyanyi bersama di akhir acara, justru meninggalkan bekas yang lebih dalam daripada sekadar medali.

Atmosfer kebersamaan itu mencapai puncaknya pada hari penutupan. Konser Bernadya dan Changcuters berhasil menyedot lebih dari 3.500 penonton dari luar Kanisius, memenuhi arena dengan nyanyian dan sorakan yang menggetarkan. Saat ribuan orang larut dalam lantunan musik, batas antara panitia, peserta, dan penonton seolah menghilang. Semua menjadi satu komunitas besar yang diikat oleh rasa kebersamaan. Kehadiran konser itu bukan sekadar hiburan penutup, melainkan perayaan persaudaraan yang telah dibangun selama perjalanan panjang CC Cup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun