Musim hujan selalu menjadi penanda perubahan ritme kehidupan di kota. Suasana sejuk hadir menggantikan teriknya kemarau. Namun, di balik kesejukan itu, ada risiko yang kerap luput dari perhatian: lubang jalan dan galian proyek yang tertutup air hujan. Bahaya ini hadir tanpa disadari, mengintai pengendara dan pejalan kaki setiap saat.
Di beberapa kota, termasuk Bandar Lampung, pemandangan galian proyek menjadi hal biasa. Papan peringatan sederhana atau karung pasir seolah menjadi penanda yang “cukup”, padahal jelas tidak memadai untuk melindungi pengguna jalan.
Ketika hujan turun, genangan air menutupi lubang itu, membuat permukaan jalan terlihat rata. Sialnya, genangan semacam inilah yang sering menjebak pengendara.
Fenomena Berulang di Kota Besar
Galian proyek di jalan raya sebenarnya hal yang wajar. Kota terus berkembang, infrastruktur butuh perbaikan: dari pemasangan kabel bawah tanah, perbaikan drainase, hingga saluran air. Namun masalah muncul ketika proyek dibiarkan terbengkalai atau tidak ditutup dengan baik.
Di Jakarta, Surabaya, hingga Medan, kita bisa menemukan kasus serupa: galian yang dibiarkan terbuka berbulan-bulan, hanya ditutupi seadanya. Di musim kemarau mungkin masih bisa dihindari, tetapi ketika hujan, lubang itu berubah menjadi jebakan berbahaya.
Tidak sedikit pengendara motor yang jatuh karena tidak melihat kedalaman air. Bahkan, ada kasus mobil yang roda depannya patah akibat terperosok ke lubang galian yang tertutup genangan.
Risiko di Musim Hujan
Ada tiga faktor utama yang membuat galian dan jalan berlubang makin berbahaya saat musim hujan:
1. Visibilitas menurun.