Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pisang Cavendish dari Kang Budi, Membawa Saya Berkisah Tentang Pisang

5 Oktober 2025   17:20 Diperbarui: 5 Oktober 2025   18:26 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Minggu, 5 Oktober 2025 pagi tadi, saya mendapat kesempatan istimewa untuk "rendezvous" dengan dua rekan Kompasianer sesama dari wilayah Bogor, Kang Budi Susilo dan Mba Novia Respati. 

Seru, ngobrol ngarol ngidul di tempat ngopi yang asyik berlokasi tak jauh dari Stasiun Bogor dan kopinya pun lumayan enak, dengan harga cukup terjangkau

Eh, Pulangnya, Kang Budi memberi oleh-oleh tak terduga, masing-masing sesisir besar Pisang Cavendish yang masih hijau, hasil berkebunnya sendiri. 

Menurut cerita kang Budi, memang belum siap makan, karena "runtuh" sebelum usia matangnya. Pisang tersebut merupakan bagian dari sembilan pohon yang terdiri dari 3 jenis pisang, selain Cavendish ada juga pisang tanduk dan Raja Sereh.

Momen ini mengingatkan saya bahwa di balik kesederhanaannya, pisang adalah komoditas global dengan sejarah yang cukup panjang.

Pisang memang jenis buah yang bisa ditanam di mana saja di seluruh pelosok dunia ini, dan tak memerlukan lahan yang luas untuk menanamnya, pemeliharaannya pun relatif mudah, apalagi kalau hanya untuk konsumsi pribadi, seperti yang dilakukan kang Budi.

Oleh sebab itulah, seperti catatan Food and Agriculture Organization (FAO), pisang merupakan buah yang paling banyak dikonsumsi manusia dari mulai balita hingga lansia. 

Buah yang identik dengan warna kuning dan memiliki lebih dari 1.000 varietas ini, juga menjadi buah paling terkenal di dunia, melebihi jeruk dan apel.

Pisang meskipun pohonnya hanya berbuah sekali, bisa menjadi sangat populer lantaran merupakan buah yang tak mengenal musim, dipanennya bisa sepanjang tahun di daerah tropis. Ketersediannya pun menjadi sangat stabil.

Tanaman asli Asia Tenggara tersebut, bisa tumbuh dan berbuah dengan baik di 135 negara tropis dan subtropis, merata dihampir seluruh kawasan Bumi, terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Ditambah lagi cara mengkonsumsinya pun bisa bermacam-macam, mulai dari dimakan langsung, digoreng, direbus, dibakar, dijadikan jus, selai bahkan buah mentahnya bisa diolah menjadi kripik aneka rasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun