Senin, 30 Juni 2025 --- Lobi dan ruang serbaguna Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Jakarta berubah menjadi lautan warna dan rasa. Aroma rempah nusantara bercampur riuh tawa mahasiswa, membaur dalam acara bertajuk Lensavor 2025. Bukan sekadar pameran kuliner dan fotografi, Lensavor adalah panggung bagi generasi muda untuk
merayakan dan memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia lewat visual dan cita rasa. Namun, di balik meriahnya acara, ada empat sosok yang menjadi penggerak suasana, para MC Lensavor 2025. Mereka bukan hanya pembaca rundown, melainkan jembatan emosi antara panggung dan penonton, penghubung budaya dan generasi muda.
Ketika dipercaya menjadi MC, rasa bercampur aduk antara gugup dan antusias. Bagi Rafa Abdillah, yang dipercaya menjadi MC di Lensavor adalah nostalgia yang menyenangkan. "Rasanya seperti kembali menghidupkan pengalaman lama yang dulu selalu saya nikmati," ungkapnya. Meski sempat cemas karena sudah lama tak memandu acara formal, Rafa membuktikan bahwa latihan dan kebiasaan adalah kunci. Ia bahkan harus berhadapan langsung dengan Wakil Dekan II yang hadir, membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Namun, senyum ramah sang Wakil Dekan perlahan mencairkan suasana, dan Rafa pun tampil percaya diri bersama partnernya, Jasmine Patricia. Jasmine sendiri mengaku harus sudah siap sejak pukul enam pagi. "Kurang pemanasan, sempat grogi juga," ujarnya. Tapi, dukungan
audiens dan chemistry dengan Rafa membuat pagi itu berjalan mulus. "Komunikasi yang lancar bikin acara nggak membosankan," tambah Jasmine.
Persiapan latihan mandiri dan chemistry yang tidak instan, Rafa misalnya sudah mulai latihan mandiri sejak tiga hari sebelum acara. Ia berlatih di depan cermin, memperbaiki ekspresi dan intonasi, serta membiasakan diri untuk tampil tanpa terlalu terpaku pada teks. "Biar lebih natural dan komunikatif," katanya. Sementara itu, latihan bersama Jasmine juga jadi bagian penting, supaya pembagian peran di atas panggung terasa padu dan tidak kaku.
Jasmine menambahkan, persiapan mental sama pentingnya dengan teknis. "Kadang, yang bikin grogi itu bukan materinya, tapi suasana dan ekspektasi penonton. Jadi, harus siap mental juga," ujarnya.
Dinamika panggung tantangan dan momen tak terduga, setiap acara pasti punya momen tak terduga. Di Lensavor, misalnya, Bapak Dekan yang dijadwalkan hadir tiba-tiba berhalangan dan digantikan oleh Wakil Dekan II. "Harus sigap mengganti nama tamu undangan di script, jangan panik, terus koordinasi sama partner," ujar Jasmine. Perubahan rundown memang bikin deg-degan, tapi chemistry dan komunikasi jadi kunci agar acara tetap berjalan mulus.
Nassa saat memandu acara Lensavor di sesi siang (Sumber: Panitia Lensavor)
Rakha saat memandu acara Lensavor di sesi siang (Sumber: Panitia Lensavor)
Bagi Nassa, momen paling berkesan yang ia rasakan dalam event Lensavor ketika audiens ikut bernyanyi bersama di tengah acara. "Semua jualan sudah habis, suasananya senang banget!" katanya penuh semangat. Rakha pun menyoroti kekuatan utama Lensavor yaitu kekompakan panitia yang terus berusaha meramaikan acara dan menarik perhatian pengunjung. "Powerfull banget, teman-teman panitia benar-benar total," ujarnya.
Refleksi dan harapan belajar dari setiap panggung menjadi MC dalam acara Lensavor 2025 bukan sekedar tampil di depan publik, terdapat banyak pelajaran tentang komunikasi efektif, kerjasama, dan kemampuan beradaptasi di tengah dinamika acara. "Kerja sama antar divisi dan koordinasi sebelum hari h harus lebih ditingkatkan" saran Rakha. Rakha juga menuturkan bahwa dirinya siap jika kembali dipercaya menjadi MC di acara berikutnya.