Mohon tunggu...
Dyhruu Kun
Dyhruu Kun Mohon Tunggu... Freelance

Penulis pemula yang senang berbagi pandangan tentang politik, sosial, budaya, kejadian, olahraga dan kehidupan sehari-hari. Menulis adalah cara saya menyuarakan keresahan dan harapan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Di Mana Bumi Dipijak, Di Situ Saya Dipajak

16 Oktober 2025   03:17 Diperbarui: 16 Oktober 2025   03:17 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan: Seseorang yang memikul beban berbentuk simbol pajak. Kredit: Ilustrasi digital oleh DyhruBlog x ChatGPT.

Apakah Pemerintah Masih Melihat Ekonomi Rakyatnya?

Kenaikan Pajak yang Membebani, Bukan Menyejahterakan.

Oleh: DyhruBlog

Sejak awal tahun 2025, rakyat Indonesia semakin sering mendengar satu kata yang menakutkan: pajak.

Naik lagi, dan lagi. PPN 12%, pajak rokok, pajak digital --- seolah tidak ada habisnya. Tapi satu pertanyaan besar muncul di benak banyak orang:

> Apakah pemerintah benar-benar melihat kondisi ekonomi rakyatnya?

Kalau saja rakyat Indonesia hidup makmur, gaji di atas UMR, dan kebutuhan pokok mudah dijangkau, mungkin kenaikan pajak masih bisa ditoleransi.

Namun kenyataannya masih banyak warga yang berpenghasilan di bawah UMR, bahkan ada yang hidup dengan kurang dari 100 ribu per hari untuk menghidupi keluarga.

Lalu, apakah kebijakan pajak yang terus meningkat ini adil?

Ataukah pemerintah hanya menilai dari kacamata golongan atas yang hidup berkecukupan?

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun