Pernah nggak sih kita merasa lapar hanya dengan melihat logo merah-kuning khas restoran cepat saji, atau merasa lebih tenang saat membuka aplikasi dengan nuansa biru?
Itu bukan kebetulan. Fenomena ini dijelaskan oleh psikologi warna, ilmu yang meneliti bagaimana warna dapat memengaruhi emosi, suasana hati, hingga perilaku manusia.
Dalam seni maupun branding, pemilihan color palette bukan sekadar estetika, tapi strategi komunikasi visual yang menentukan persepsi audiens.
Siapa Pencetus Psikologi Warna?
Dua tokoh penting dalam sejarah warna adalah:
Sir Isaac Newton
Pada 1660-an, Newton membuktikan lewat eksperimen prisma bahwa cahaya putih bisa diuraikan menjadi spektrum warna. Dari eksperimen itu lahir color wheel pertama tahun 1666.Johann Wolfgang von Goethe
Pada tahun 1810, Goethe menerbitkan Theory of Colors. Ia menekankan bahwa warna punya efek emosional dan psikologis terhadap manusia. Misalnya, merah bisa memicu energi, sedangkan biru memberi rasa tenang. Karena itu, Goethe disebut sebagai salah satu pencetus awal psikologi warna.
Pentingnya Color Palette dalam Seni dan Branding
Dalam seni, Georges Seurat dengan teknik pointillism menggunakan titik-titik kecil warna murni berdampingan agar mata penonton yang mencampurnya secara optik. Teknik ini menghasilkan komposisi harmonis dan penuh cahaya.
Dalam branding, color palette adalah identitas brand. Warna bisa menarik perhatian lebih cepat daripada teks, membentuk kesan pertama, dan membuat brand mudah diingat.
Contoh nyata:
Merah & Kuning di McDonald's memicu selera makan.
Biru di Facebook menciptakan rasa aman.
Hijau di Starbucks memberi kesan natural dan menenangkan.