Stunting masih menjadi salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Kondisi ini ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar usianya akibat kurang gizi kronis. Menurut UNICEF, stunting tidak hanya mengganggu pertumbuhan fisik, tetapi juga berdampak pada perkembangan otak, daya tahan tubuh, hingga produktivitas di masa depan. Dengan kata lain, stunting adalah ancaman serius bagi kualitas sumber daya manusia.
Luwu Utara, salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan, masih menghadapi masalah stunting meskipun prevalensinya menunjukkan tren penurunan. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara (Agustus 2025) memperlihatkan bahwa di beberapa kecamatan, kasus stunting masih cukup tinggi. Misalnya, Kecamatan Malangke Barat mencatat 205 kasus stunting dengan prevalensi lebih dari 16%. Di Baebunta, tercatat 132 kasus, sementara di Sabbang ada 66 kasus. Angka ini menunjukkan bahwa meski upaya penanganan telah berjalan, masalah stunting belum sepenuhnya terselesaikan.
Salah satu faktor yang berkontribusi pada stunting adalah kekurangan zat gizi mikro, terutama vitamin A. Vitamin ini berperan penting dalam menjaga kesehatan mata, meningkatkan imunitas, dan mendukung pertumbuhan anak. Sayangnya, asupan vitamin A di masyarakat masih kurang optimal. Padahal, sumber vitamin A tersedia melimpah dari pangan lokal, seperti tomat dan ubi oranye.
Tulisan ini akan membahas bagaimana pemanfaatan tomat dan ubi oranye dapat menjadi inovasi gizi lokal, terutama melalui produk serbuk tomat yang praktis digunakan bersama olahan ubi. Inovasi ini diharapkan dapat menjadi langkah konkret untuk menurunkan angka stunting di Luwu Utara.
 Potret Stunting di Luwu Utara
Data terbaru memperlihatkan bahwa prevalensi stunting di Luwu Utara masih bervariasi antar kecamatan. Beberapa contohnya:
- Sabbang: 66 kasus stunting dari 740 anak yang ditimbang (8,9%).
- Baebunta: 132 kasus dari 1.625 anak (8,1%).
- Malangke Barat: 205 kasus dari 1.255 anak (16,3%).
- Malangke: 98 kasus dari 1.147 anak (8,5%).
Dari angka tersebut terlihat bahwa ada kecamatan dengan prevalensi relatif rendah (<10%), tetapi ada pula yang cukup tinggi, seperti Malangke Barat (>16%). Distribusi ini menunjukkan perlunya intervensi gizi yang lebih terarah, terutama berbasis pada potensi lokal yang tersedia di masing-masing wilayah.
Selain faktor gizi makro (karbohidrat, protein, lemak), kekurangan zat gizi mikro seperti vitamin A terbukti memperparah risiko stunting. Anak yang kekurangan vitamin A lebih rentan mengalami infeksi berulang (ISPA, diare), yang pada akhirnya memperburuk status gizi mereka.
Peran Penting Vitamin A
Vitamin A memiliki fungsi vital dalam tumbuh kembang anak. Beberapa peran utamanya adalah: