3. Kaya gizi: Kandungan beta-karoten tetap terjaga meski dalam bentuk serbuk.
Bayangkan sebuah piring ubi rebus yang sederhana, tetapi kemudian ditaburi sedikit serbuk tomat. Rasanya lebih nikmat, warnanya lebih menarik, dan kandungan vitamin A-nya meningkat signifikan.
Inovasi ini bukan sekadar ide, tetapi dapat dikembangkan menjadi produk UMKM lokal. Kelompok tani atau usaha rumah tangga di Luwu Utara bisa memproduksi serbuk tomat dengan teknologi sederhana (misalnya oven pengering atau food dehydrator). Produk ini bisa dipasarkan di posyandu, sekolah, hingga pasar tradisional sebagai "penambah gizi lokal".
Strategi Implementasi di Masyarakat
Agar inovasi ini benar-benar berdampak, perlu strategi implementasi yang terarah:
1. Edukasi gizi melalui posyandu: Ibu balita diberi pemahaman bahwa tomat dan ubi oranye adalah "makanan pintar" untuk anak.
2. Program PKK dan UMKM desa: Mendorong produksi serbuk tomat sebagai produk lokal.
3. Sekolah dan kantin sehat: Menyediakan camilan berbasis ubi oranye dengan tambahan serbuk tomat.
4. Kolaborasi pemerintah daerah: Integrasi dalam kampanye gizi dan program Isi Piringku.
Dengan strategi ini, inovasi pangan lokal tidak berhenti di ide, tetapi benar-benar hadir di meja makan Masyarakat.
Dampak Potensial terhadap Pencegahan Stunting:Â