Mohon tunggu...
alya alfitah
alya alfitah Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Gizi Universitas Hasanuddin

Saya Alya Alfitah, mahasiswa Ilmu Gizi Universitas Hasanuddin angkatan 2024. Ketertarikan saya pada bidang kesehatan dan gizi mendorong saya untuk menulis berbagai isu seputar gizi anak, pencegahan stunting, serta pemanfaatan inovasi pangan lokal. Melalui tulisan di Kompasiana, saya menuangkan sudut pandang dan pengetahuan yang diperoleh dari perkuliahan maupun pengalaman sehari-hari, khususnya terkait peran gizi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cegah Stunting dengan Cara Simple: Tabur Serbuk Tomat di Ubi, Anak Sehat di Luwu Utara

25 September 2025   19:36 Diperbarui: 25 September 2025   19:36 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
India's Stunted Children  (Brian Waller)

Stunting masih menjadi salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Kondisi ini ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar usianya akibat kurang gizi kronis. Menurut UNICEF, stunting tidak hanya mengganggu pertumbuhan fisik, tetapi juga berdampak pada perkembangan otak, daya tahan tubuh, hingga produktivitas di masa depan. Dengan kata lain, stunting adalah ancaman serius bagi kualitas sumber daya manusia.

Luwu Utara, salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan, masih menghadapi masalah stunting meskipun prevalensinya menunjukkan tren penurunan. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara (Agustus 2025) memperlihatkan bahwa di beberapa kecamatan, kasus stunting masih cukup tinggi. Misalnya, Kecamatan Malangke Barat mencatat 205 kasus stunting dengan prevalensi lebih dari 16%. Di Baebunta, tercatat 132 kasus, sementara di Sabbang ada 66 kasus. Angka ini menunjukkan bahwa meski upaya penanganan telah berjalan, masalah stunting belum sepenuhnya terselesaikan.

Salah satu faktor yang berkontribusi pada stunting adalah kekurangan zat gizi mikro, terutama vitamin A. Vitamin ini berperan penting dalam menjaga kesehatan mata, meningkatkan imunitas, dan mendukung pertumbuhan anak. Sayangnya, asupan vitamin A di masyarakat masih kurang optimal. Padahal, sumber vitamin A tersedia melimpah dari pangan lokal, seperti tomat dan ubi oranye.

Tulisan ini akan membahas bagaimana pemanfaatan tomat dan ubi oranye dapat menjadi inovasi gizi lokal, terutama melalui produk serbuk tomat yang praktis digunakan bersama olahan ubi. Inovasi ini diharapkan dapat menjadi langkah konkret untuk menurunkan angka stunting di Luwu Utara.

 Potret Stunting di Luwu Utara

Data terbaru memperlihatkan bahwa prevalensi stunting di Luwu Utara masih bervariasi antar kecamatan. Beberapa contohnya:

  • Sabbang: 66 kasus stunting dari 740 anak yang ditimbang (8,9%).
  • Baebunta: 132 kasus dari 1.625 anak (8,1%).
  • Malangke Barat: 205 kasus dari 1.255 anak (16,3%).
  • Malangke: 98 kasus dari 1.147 anak (8,5%).

Dari angka tersebut terlihat bahwa ada kecamatan dengan prevalensi relatif rendah (<10%), tetapi ada pula yang cukup tinggi, seperti Malangke Barat (>16%). Distribusi ini menunjukkan perlunya intervensi gizi yang lebih terarah, terutama berbasis pada potensi lokal yang tersedia di masing-masing wilayah.

Selain faktor gizi makro (karbohidrat, protein, lemak), kekurangan zat gizi mikro seperti vitamin A terbukti memperparah risiko stunting. Anak yang kekurangan vitamin A lebih rentan mengalami infeksi berulang (ISPA, diare), yang pada akhirnya memperburuk status gizi mereka.

Sumber: Shadow Cluster
Sumber: Shadow Cluster

Peran Penting Vitamin A

Vitamin A memiliki fungsi vital dalam tumbuh kembang anak. Beberapa peran utamanya adalah:

1. Kesehatan mata: Vitamin A mencegah rabun senja dan xerophthalmia. Kekurangan vitamin A bisa menyebabkan kebutaan pada anak.

2. Sistem imun: Vitamin A mendukung produksi sel darah putih yang melawan infeksi. Anak dengan defisiensi vitamin A lebih mudah sakit, dan penyakit ini sering menurunkan nafsu makan.

3. Pertumbuhan: Vitamin A berperan dalam pembentukan jaringan epitel dan tulang. Kekurangannya menghambat pertumbuhan linear anak. Dengan fungsi ini, jelas bahwa kecukupan vitamin A harus menjadi prioritas dalam strategi pencegahan stunting.

Tomat dan Ubi Oranye: Sumber Vitamin A dari Dapur Kita

Indonesia kaya akan sumber pangan lokal yang mengandung vitamin A, terutama dalam bentuk beta-karoten yang akan dikonversi tubuh menjadi vitamin A. Dua di antaranya adalah tomat dan ubi oranye.

Tomat lokal kaya akan likopen, beta-karoten, dan vitamin C. Selain dikonsumsi segar, tomat dapat diolah menjadi berbagai produk seperti saus, pasta, bahkan serbuk tomat. Ubi oranye mengandung beta-karoten dalam jumlah tinggi. Warna oranye pada ubi menandakan tingginya kandungan provitamin A. Ubi juga mudah ditanam, murah, dan sudah menjadi bagian dari pangan masyarakat.

Kelebihan pangan lokal ini adalah ketersediaannya yang melimpah dan harga yang relatif terjangkau. Artinya, solusi pencegahan stunting tidak harus bergantung pada suplemen impor, tetapi bisa memanfaatkan hasil tani sendiri.

Inovasi Serbuk Tomat untuk Konsumsi Ubi

Salah satu inovasi yang menjanjikan adalah mengolah tomat menjadi serbuk tomat. Serbuk ini dibuat dengan cara mengeringkan tomat segar lalu menggilingnya hingga halus. Ada beberapa keuntungan dari serbuk tomat:

1. Lebih awet: Tomat segar cepat busuk, sedangkan dalam bentuk serbuk bisa disimpan berbulan-bulan.

2. Praktis: Serbuk tomat bisa ditaburkan pada berbagai makanan, termasuk ubi rebus atau goreng.

3. Kaya gizi: Kandungan beta-karoten tetap terjaga meski dalam bentuk serbuk.

Bayangkan sebuah piring ubi rebus yang sederhana, tetapi kemudian ditaburi sedikit serbuk tomat. Rasanya lebih nikmat, warnanya lebih menarik, dan kandungan vitamin A-nya meningkat signifikan.

Inovasi ini bukan sekadar ide, tetapi dapat dikembangkan menjadi produk UMKM lokal. Kelompok tani atau usaha rumah tangga di Luwu Utara bisa memproduksi serbuk tomat dengan teknologi sederhana (misalnya oven pengering atau food dehydrator). Produk ini bisa dipasarkan di posyandu, sekolah, hingga pasar tradisional sebagai "penambah gizi lokal".

Strategi Implementasi di Masyarakat

Agar inovasi ini benar-benar berdampak, perlu strategi implementasi yang terarah:

1. Edukasi gizi melalui posyandu: Ibu balita diberi pemahaman bahwa tomat dan ubi oranye adalah "makanan pintar" untuk anak.

2. Program PKK dan UMKM desa: Mendorong produksi serbuk tomat sebagai produk lokal.

3. Sekolah dan kantin sehat: Menyediakan camilan berbasis ubi oranye dengan tambahan serbuk tomat.

4. Kolaborasi pemerintah daerah: Integrasi dalam kampanye gizi dan program Isi Piringku.

Dengan strategi ini, inovasi pangan lokal tidak berhenti di ide, tetapi benar-benar hadir di meja makan Masyarakat.

Dampak Potensial terhadap Pencegahan Stunting: 

Jika dikonsumsi secara rutin, kombinasi ubi oranye dan serbuk tomat dapat meningkatkan asupan vitamin A anak. Ini akan:

  • Meningkatkan daya tahan tubuh anak terhadap infeksi.
  • Menurunkan risiko rabun senja atau gangguan mata lainnya.
  •  Mendukung pertumbuhan tulang dan jaringan tubuh.

Dalam jangka panjang, peningkatan asupan vitamin A bisa membantu menurunkan prevalensi stunting di kecamatan dengan kasus tinggi, seperti Malangke Barat atau Baebunta. Dengan cara ini, pangan lokal benar-benar menjadi solusi kesehatan masyarakat.

Tantangan dan Solusi

Tentunya, ada tantangan yang perlu dihadapi yaitu, kurangnya pengetahuan masyarakat yang menyebabkan banyak orang belum paham bahwa ubi oranye lebih bergizi dibanding ubi putih. Daya simpan pangan segar, contohnya tomat cepat rusak sehingga perlu inovasi pengawetan. Kebiasaan makan anak-anak yang tidak semua suka makan sayur atau buah.

Adapun Solusi yang bisa dilakukan adalah melakukan edukasi gizi melalui kader posyandu, pengembangan teknologi sederhana untuk produksi serbuk tomat, membuat olahan ubi oranye yang menarik untuk anak, misalnya donat ubi oranye dengan taburan serbuk tomat.

Stunting adalah masalah serius, tetapi solusi ada di sekitar kita. Tomat dan ubi oranye, dua pangan lokal yang kaya vitamin A, dapat menjadi senjata ampuh dalam perang melawan stunting di Luwu Utara. Melalui inovasi sederhana berupa serbuk tomat yang ditaburkan pada ubi rebus atau goreng, kita bisa meningkatkan asupan vitamin A anak secara praktis dan murah.

Inovasi ini bukan hanya soal gizi, tetapi juga pemberdayaan ekonomi lokal. UMKM desa bisa memproduksi serbuk tomat, sekolah bisa menyediakan camilan bergizi, dan keluarga bisa menyajikan makanan sehat setiap hari. Jika dilakukan bersama-sama, bukan mustahil angka stunting di Luwu Utara bisa ditekan secara signifikan.

Vitamin A dari tomat dan ubi oranye adalah bukti bahwa solusi gizi sebenarnya ada di dapur kita sendiri. Tinggal bagaimana kita memanfaatkannya dengan cerdas, kreatif, dan berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun